Minggu, 24 Oktober 2010

Efek Rumah Kaca: Punk!

Ups, tenang, bukannya Efek Rumah Kaca berganti aliran dari pop menjadi punk. Namun konser malam ini menunjukkan bahwa musik pop bagus milik Efek Rumah Kaca bisa dinikmati segala kalangan. Bukan hanya mahasiswa idealis yang merasa lirik ERK mewakili semangat perubahan. Bukan hanya penikmat musik indie yang lebih mengutamakan kualitas daripada pasar. Dan juga bukan hanya pecinta musik yang jujur dan kritis. Tapi konser malam ini membuka mata saya bahwa erk juga menjunjung tinggi semangat punk!

Konser malam ini bukanlah konser tunggal ERK ataupun konser band-band indie. Konser malam ini adalah sebuah pensi SMA, SMA 8 Malang lebih tepatnya. Beda dengan konser tunggal ERK atau konser band indie yang penontonnya lebih tersegmen, konser malam ini, yang lebih tepat disebut pensi, dipadati oleh anak-anak SMA. Baju cerah warna-warni dengan sablon gambar monster, kemeja kotak-kotak, kacamata besar dengan frame hitam tebal, dan celana skinny menjadi dress code tidak resmi. Anak-anak muda modis memadati lapangan basket Smarihasta (nama keren SMA 8 Malang). Dan saya juga sedikit terganggu dengan empat orang gerombolan punk yang berlalu lalang didepan saya.

Namun ketika ERK mulai menyanyikan lagu pertamanya, yaitu Jalang, keempat orang berpenampilan punk itu benar-benar bernyanyi dari hati sambil melonjak-lonjak. Betapa mereka sangat merasuk dalam lagu tersebut, tersingkir namun tetap bertahan. Sehabis lagupertama, salah seorang dari mereka yang berpakaian paling punk dan militan berteriak "Balerinaaa!!!" Entah, karena teriakannya atau memang kebetulan sama dengan set listnya, ERK pun melantunkan lagu keduanya, Balerina. Tentu saja mereka senang bukan kepalang dan mulai berdansa heboh di tengah pemuda-pemuda SMA yang sedang bingung mencerna lagu.

Lagu-lagu selanjutnya pun sangat merepresentasikan semangat mereka, semangat jujur dalam hidup, apa adanya. Seperti yang kita ketahui lirik-lirik ERK merupakan lirik yang "beda", lirik yang kritis, jujur, dan tidak terdistorsi pasar. Seperti pada lagu Mosi Tidak Percaya yang menyerukan ketidakpuasan terhadap wakil rakyat, saya melihat mereka menyanyikannya dengan hati. Melontarkan demo tanpa harus bertindak anarkis.
Juga pada lagu Di Udara, mereka meneriakkan solidaritasnya terhadap Munir sekaligus protes terhadap kekangan menyuarakan pendapat.

Salut, saya sangat salut pada mereka. Empat orang punk yang menghidupi punk-nya di jalan yang benar. Saya seperti membaca pesan yang melekat di setiap jalannya, "Biarlah kami berpenampilan sesuka kami, namun berjalan di jalan yang kami yakini benar. Benar kami idealis kami tidak merugikan orang lain."

NB: Malah saya sangat risih dengan anak-anak berpenampilan baik di belakang saya yang menilai musik ERK adalah musik yang bernada aneh. Ah, jika sedikit perbedaan kalian sebut aneh, maka kalian tidak akan kemana-mana.. FUCk MAJOR, GO PUNK!

Rabu, 20 Oktober 2010

Hirau Kacau

Hari ini saya dimintai tolong seorang teman untuk pindahan kamar kos. Sebenarnya sih lebih ke tukar kamar. Karena teman saya lainnya, yang kamarnya mau ditukar lagi pulang kampung, maka kami bergotong royong "boyongan". Oke, seperti biasa saya selalu total membantu. Bagian kuli, tukang sapu serahkan pada saya! Hahaha. Dorong mendorong lemari penuh isi dari satu kamar ke kamar lain. Membutuhkan filter ekstra untuk bernafas, karena udara penuh debu. Hingga menata ulang jalur perkabelan dan kamar baru yang bersih dan nyaman siap ditempati. Puas dan beristirahat sejenak menikmati suasana baru.

Selesai? Tidak, mereka melupakan kamar satunya. Kacau balau! Habis manis sepah dibuang. Kotor? Jelas! Berserakan? Pasti! Dan ketika ajakan itu berbalas apatis, hanya kesadaran yang mampu memberi solusi. Yup! Akhirnya sayalah yang membereskan kamar satunya lagi. Membersihkan, merapikan setidaknya hingga layak untuk dibuat tidur.

Bukan apa-apa, namun disini juga ada dua kepentingan. Bukan karena sudah tukar kamar, maka teman saya yang pulang kampung itu harus bekerja sendiri merapikan kamarnya. Namun bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan secara tuntas. Tidak setengah-setengah.

Hiraulah pada kacau. Perbaikilah selagi kita mampu. Setidaknya kita berperan semampu kita dan sesuai kapasitas kita. Kacau terlalu manja jika kita bersikap apatis. Bisa-bisa kita akan terbiasa dengan kacau. Namun juga tidak membenarkan dengan anarki, mungkin peduli terdengar lebih baik, hehehe.

Dan masih hari ini. Ternyata banyak teman-teman di luar sana yang menghabiskan harinya dengan demo. Menyuarakan protes terhadap kinerja pemerintah. Dengan lantang memaparkan ketidakbecusan SBY dan Boediono dalam setahun terakhir. Mengkritisi berbagai sektor. Mulai pendidikan hingga kesejahteraan masyarakat. Mereka melancarkan aksinya dengan berbagai cara. Melakukan segalanya demi menyampaikan aspirasi. Saya sangat salut terhadap kepedulian mereka terhadap negara. Mereka bertujuan untuk kebaikan bersama. Intelejen-intelejan muda tersebut beraksi demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan bersama. Menurut saya mereka telah hirau terhadap kekacauan negeri ini. Hebat!

Namun yang sangat disayangkan, masih ada kerusuhan yang membuntuti setiap aksi demo tersebut. Kembali anarkis menjadi jalan pintas untuk pelampiasan ketidakpuasan. Hampir semua media sore tadi memberitakan tentang kerusuhan yang terjadi di setiap aksi demo yang digelar. Anarki dari intelejen muda sampai anarki dari bapak polisi.

Di saat yang sama apa yang sedang dilakukan SBY dan Boediono di ruang kerjanya yang nyaman? Masih berpura-pura tuli, buta, dan terus bisu? Kapankah Anda yang terhormat sekalian menjadi peka dan menghiraukan kekacauan ini? Mungkin ini tidak ada apa-apanya dibandingkan bencana yang menimpa Wasior, namun tetap saja perlu diperhatikan. Saya yakin jika siang tadi Anda yang terhormat mau bersikap gentle dengan menggelar pidato terbuka menanggapi aksi demo tersebut, akan menyita perhatian para pendemo tersebut. Dengan pidato memberi saluran aspirasi atau setidaknya kata-kata dari pemimpin yang dapat mendinginkan hati teman-teman di jalan. Seruan ajakan membangun bersama. Bukankah "Bersama Kita Bisa"? Atau karena sudah berubah ke "Lanjutkan"? Tenang, jangan dilanjutkan pencitraan saja itu, kami tidak akan melabeli "obral janji", karena label itu sudah paten milik anggota dewan.

Mungkin dengan pidato satu tahun para pendemo dan polisi akan memperhatikan dengan seksama, Anda, SBY ahli dalam mengolah kata, tidak memalukan untuk kembali menyuarakan pidato patriotis! Lebih terbuka dan dekat dengan rakyat..

Apa yang Anda lakukan sore tadi sambil melihat berita di TV? Mungkin Anda menangis, karena saya hampir menangis..

Minggu, 10 Oktober 2010

Jalanan Dinding Kapitalis


Sebenarnya film ini merupakan sekuel dari Wall Street (1987). Rentang waktu 23 tahun tidak menyurutkan sutradara Oliver Stone untuk melanjutkan film ini. Apalagi keadaan (krisis global 2008) yang mendukung untuk kembali mengangkat tema pasar uang ini. Deskripsi keterpurukan karena krisis global sangat kentara karena sang penulis film, Allan Loeb merupakan broker bersertifikat yang pernah terpengaruh langsung oleh skandal Bernard Madoff pada masanya. Pemeran utama, Gordon Gekko diperankan oleh Michael Douglas, seperti pada prekuelnya. Peran yang membawanya meraih Piala Oscar sebagai Aktor Utama Terbaik pada 1988. Shia LaBeouf (bintang Transformers) sebagai Jacob Moore, seorang pialang muda yang cerdas, ambisius dan "lurus". Carey Mulligan sebagai Winnie Gekko, putri Gordon sekaligus pacar Jacob.

part 1: pelajaran berharga

Pada awal-awal film kita langsung disuguhkan betapa carut marut rumitnya suasana Wall Street. Kebanyakan laki-laki matang dengan setelan jas rapi, kesibukan, konsentrasi, angka-angka yang terus bergerak dalam monitor, nominal-nominal yang tak terbayangkan, hingga telepon yang terus berdering. Bagi orang yang awam terhadap dunia pasar uang, hal ini tentu saja membosankan dan ya, mengantukkan. Juga berlaku bagi saya, walaupun saya mahasiswa akuntansi yang notabene mempelajari pasar uang, namun saya tak kuasa menahan kantuk juga jika dicekoki istilah-istilah bursa saham secara bertubi-tubi. Namun di sisi lain kita juga bisa belajar bagaimana gambaran suasana di bursa efek dan intrik-intrik di dalamnya.

Pelajaran lain dituangkan dalam buku yang ditulis Gordon Gekko yang berjudul "Is Greed Good?" Dalam bukunya ini, Gekko memperingatkan pada pelaku ekonomi AS bahwa kerakusan yang dituangkan dalam spekulasi akan membawa kehancuran bagi perekonomian AS. Kemudian dalam salah satu acara bedah bukunya, Gekko mencontohkan bahayanya derifatif pinjaman. Dimana Bank berhak menggunakan uang yang disimpan untuk berbagai macam investasi lainnya.

Selain itu, saya juga menangkap adegan yang mengingatkan saya tentang kondisi di mana Sri Mulyani dan Boediono dulu memutuskan untuk mem-bailout Bank Century. Yaitu adegan saat Keller Zabel memohon bailout pada Bank Federal AS. Sangat mirip, juga dengan embel-embel "sistemik"-nya, hehehe.

Bagian pertama yang bisa saya dapat ini merupakan pelajaran mengenai gambaran langsung krisis 2008 yang disebabkan oleh Lehmann Brothers tersebut.

part 2: kuasa kapitalis

Salah satu dialog yang masih terngiang ketika Jacob marah kepada Bretton ketika mengetahui bahwa investor yang seharusnya digunakan untuk energi fusi bahan bakar air malah digunakan untuk investasi lain. Kurang lebihnya begini:

Bretton: "Kau ini kapitalis atau idealis?"
Jacob: "Realistis!"

Kondisi yang ada, Jacob sangat berharap mendapat sodoran dana USD 100 juta untuk energi fusi bahan bakar air yang dinilai sangat potensial untuk umat manusia. Namun pada akhirnya dana digunakan untuk investasi lain dengan pertimbangan bisnis (bisa lebih menguntungkan).

Adegan Bretton yang mempertanyakan pandangan Jacob ini seakan-akan menaruh bahwa idealis menjadi sesuatu yang tidak lagi populer. Bahkan Jacob yang "lurus" pun segan untuk mengakui idealismenya dengan mengalihkannya dengan realistis. Ya, dan kapitalis pun semakin merajalela. Faham ini pun telah menjadi alasan dalam pengambilan keputusan.

Secara keseluruhan film ini memang menceritakan tentang keserakahan para kapitalis. Penuh intrik, mengesampingkan hati nurani dan sportivitas, dan menjunjung tinggi kekayaan dunia. Saling telikung dengan segala cara tanpa peduli hubungan darah, lagi-lagi karena kekayaan.

Sudah ah, saya terlalu malas dan muak membahasnya...

part 3: drama

Cerita drama antara Jacob dan Winnie yang dipengaruhi oleh Gordon cukup membantu untuk memahami bagaimana jatuh bangunnya Wall Street. Jacob yang cerdas, jujur, dan menggebu-gebu dilengkapi dengan tulusnya Winnie menghadapi darah dingin Gordon. Tanpa mengesampingkan peran lain, akting ketiga peran utama tersebut cukup membuat naik turunnya emosi bersamaan dengan jatuh bangunnya saham Wall Street.

Sebenarnya drama yang disuguhkan merupakan drama biasa, namun entah kenapa cerita antar tokohnya malah menguatkan inti pesan film ini.

------------------------------------------------------------

Yahh, permisi para pecinta film. Saya bukan seorang reviewer, hanya berbagi ekspresi saja. Saya hanya menuangkan yang dirasa saja. Oiya, walaupun saya mahasiswa akuntansi, tetap saja saya mengantuk di awal-awal film. Karena saya sejak awal sudah agak antipati terhadap pasar uang. Saya agak berpandangan sempit pada bursa saham. Saya masih mempertanyakan di mana letak usaha dari pekerjaan ini. Walaupun saya tau dunia sudah sangat berkembang, juga mengenai definisi usaha (mungkin), hehehe. Dan yang memprihatinkan, pasar ini menyangkut hajat hidup orang banyak, perekonomian dunia. Semoga mereka bisa mempergunakan dengan bijak.

...karena hingga akhir film, belum ada ajakan atau pesan "lebih bijak dalam stock market dan lebih mementingkan kepentingan bersama..."

mudik dari jalur yang salah

Rasanya sudah lama sekali saya meninggalkan blog ini. Sebulan lebih deh kayaknya... Sebenarnya banyak yang pengen saya tulis dari sebulan lebih itu, banyak sekali. Namun entah kenapa saya belum juga beranjak. Ya, saya kira saya keluar jalur. Keluar jauh dari logika ideal saya. Saya terlalu gila dan memilih untuk bergerak. Keluar jalur.

Pembenaran kali ini, jika saya menunggu sinkronasi dengan logika ideal saya, maka saya tidak akan beranjak juga. Jalur tidak ideal ini saya ibaratkan sebagai ajang pembelajaran saja, hehehe :p

Apapun itu saya telah melangkah, walaupun itu keluar jalur tetap saja jalur saya. Tidak bijak jika saya menyesalinya, maka dimaksimalkan saja. Dan ketika saya menyadarinya, maka jalur saya pun semakin banyak...

Minggu, 29 Agustus 2010

am I xXx? yes, I am!

xXx ? Ya, itu adalah simbol untuk sebuah gerakan yang disebut dengan straight edge. Straight edge merupakan gaya hidup yang bersifat abstain terhadap pengkomsusian rokok, drugs & alkohol, dan free sex. Kampanye straight edge ini diawali oleh Ian McKaye, vokalis band hardcore/punk Minor Threat pada 1981. Ian yang muak dengan keadaan yang mengidentikkan rocker/punker dengan kehidupan hedonis, menggebrak dengan lagunya yang berjudul Straight Edge.

I’m a person just like you
But i’ve got better things to do

Than sit around and f**k my head
Hang out with the living dead
Snort white s**t up my nose
Pass out at the shows
I don’t even think about speed
That’s something I just don’t need
I’ve got the straight edge

( saya belum mendengarkannya, dan akan mendengarkannya :D )

Bagian refrain ini menjadi senjata utama Ian untuk mengkampanyekan gaya hidup ini. Orang yang merasa sejalan dengan gaya hidup Ian mulai mengklaim dirinya sebagai straight edge.

Straight edge dilambangkan dengan "xXx". "X" pertama untuk tidak merokok, "X" kedua untuk tidak drugs dan alkohol, "X" ketiga untuk tidak melakukan hubungan sex sebelum menikah. Adapun biasanya juga dilambangkan dengan coretan "X" di punggung tangan. Awalnya coretan "X" di punggung tangan digunakan untuk pengunjung club di Amerika yang belum mencukupi umur untuk minum alkohol. Kemudian diadopsi sebagai tanda bahwa kami tidak minum alkohol! Ucay, vokalis Rocket Rockers pun pernah menggunakan tanda ini dalam beberapa kali kesempatan show-nya.Perkembangan straight edge sendiri banyak diusung oleh band-band punk/hardcore. Mereka dengan vokal meneriakkan dan berorasi tentang hidup sehat ini. Pada akhir 80-an straight edge mulai berkembang dengan gaya hidup vegetarian. Mereka berpendapat tentang animal liberation.

Well, rocker/punker tidak selamanya identik dengan sex, drugs, alcohol, dan smoking. Straight edge lahir sebagai counter culture. Walaupun berawal dari kalangan music punk/hardcore namun kini straight edge telah diadopsi oleh seluruh genre musik. Bahkan kini straight edge sudah menjadi salah satu gaya hidup di masyarakat.

Dan untuk saya, pemilih jalan ini adalah bagi mereka yang berpikir. Berpikir sebelum melakukan sesuatu, bukan hanya melakukan dengan dalih solidaritas, penghormatan, coba-coba, ikut trend, ataupun untuk sebuah pengakuan.

Saya bukan yang benar-benar lurus, waktu SMP, masa-masa pencarian jati diri, saya pun pernah menjadi seorang perokok. Tapi tidak bertahan dalam waktu yang lama, saya sadar juga, hahaha. Saya pun dikelilingi teman-teman perokok berat, pecinta minuman keras, drugs, hingga yang melakukan seks bebas. Saya berdiri di antaranya. Tidak jarang saya ditawari, saya suka diajak diskusi tentang hal-hal itu. Saya tau bagaimana tipe-tipe rokok, mulai "rokok enak-rokok murah", sehabis makan paling enak ngerokok apa, dll. Saya tau macam-macam minuman keras, merk-merk yang disegani, bagaimana perilaku teman-teman ketika mabuk, dll. Malah saya suka mendengarkan pengalaman-pengalaman yang "berbau" seks dari teman-teman saya. (hahaha kenapa? wajar saja, umur-umur pemua tanggung). Bukan saya meng- counter namun memahami mereka, dan mereka menghargai saya.

Bukannya saya tidak ingin "berdakwah" tentang hidup sehat ini. Namun alangkah indahnya pluralisme, tanpa saling memaksa. Satu iklan mengajarkan bahwa, "tidak kotor, tidak belajar." Jadi, (lagi-lagi) semoga mereka dapat berpikir (belajar) untuk yang kedua kalinya setelah mereka mendapatkan "kotor', hahaha. Saya "berdakwah" saja dengan tetap mempertahankan idealis ini sebagai contoh. Atau, untuk kali ini saja, saya "berdakwah" di sini:

"Marilah hidup sehat, teman-teman!"



NB: saya ingin memunculkan ide baru dalam perkembangan straight edge, yaitu no atheis, hehe. Jadi orang-orang yang straight edge adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa. Biar lebih berasa substansi "straight"-nya. ( kiddin' :D )

Jumat, 27 Agustus 2010

even the sleep things become important to share


  1. I can't sleep before I read some book, or listen to the music, or just let the TV noise still on when I going sleep, but I must be activate the timer menu.
  2. I usually put one of my arm in pillow below.
  3. I love colder weather, but I love use my blanket too in the same time.
  4. It doesn't matter for me, in a bright or dark.
  5. If there are a guest for me, I have to ensure him/her have nice sleep before I get sleep.
  6. Mostly I'm very sensitive in my sleep, I can wake up only by one touch, even in my deep sleep.
  7. There is no need a long time to restore my mind when I woke up.




nice sleep everyone :)

satu lagi malam hebat

Sebenarnya penekanannya tidak hanya di malam saja. Seharian kemarin sangat hebat. Munculnya "berdebar-debar" itu lagi menyita siang hari. Sehabis buka petualangan dimulai. Saya buka bersama dengan sahabat karib saya pas SMA, yaitu Vira dan Ina. Mbak-mbak yang sudah pada sarjana itu mentraktir saya buka yang lumayan mewah, hehe. Cerita-cerita nostalgia dan impian-impian dilontarkan.

Setelah itu jadwalnya maen futsal anak-anak akuntansi angkatan 2006. Wah sudah gatel kaki ini bermain bareng para juara-juara itu, soalnya saya jarang ikut yang kemaren-kemaren karena berbagai halangan, juga saya jarang ke kampus belakangan ini. Sampai di sana, rasanya seperti "disambut". Saya rasa saya tidak berlebihan tentang disambut ini.

flashback dulu--->Jadi begini, di kampus saya (mungkin memang budaya di setiap kampus) ada semacam kelompok-kelompok mahasiswa. Yang ini kumpulnya sama yang ini-ini saja. Yang itu kumpulnya sama yang itu-itu saja. Banyak, banyak kelompok. Soal futsal juga, dulu kita mesti futsal bareng golongan-golongan tertentu. Nah, disini kuncinya. Saya memposisikan diri sebagai orang netral. Saya tidak berkelompok, saya indie, saya bebas. Namun bukan berarti saya tidak punya teman. Bahkan saya masuk ke semua kelompok tersebut. Saya tahu bagaimana gaya bercanda setiap kelompok. Saya tahu isu-isu apa atau tema apa yang sedang menjadi topik pembicaraan mereka. Saya tau bagaimana harus menempatkan diri di setiap kelompok itu. Saya suka mengamati dan menganalisa setiap orang, memahami bagaimana cara mereka berpikir membuat kita semakin kaya. Tidak harus langsung melawan sesuatu yang berbeda dengan idealisme kita. Diskusi adalah jalan terbaik. Saling belajar. Oiya, bayangkan sebuah lingkaran dengan satu titik pada pusatnya. Saya memposisikan diri berada di titik tersebut. Dengan berada di tengah-tengah maka kita aka bisa melihat sekeliling dengan sama luasnya. Sekarang umpamakan di setiap sisi lingkaran tersebut adalah kelompok-kelompok mahasiswa. Jika saya berada pada satu sisi, maka mungkin saya akan melihat sisi sebelah saya dengan sangat sempit atau jika saya melihat sisi depan saya dengan sangat jauh. Tidak mesti seperti itu sih, cuma gambaran saja. Dan saya suka punya banyak teman, maka saya mempertahankan posisi pusat saya :)

Kembali ke disambut. Jadi pas saya datang tadi, semua pada menegur saya dengan nada exciting, akrab, hehe. "Wah, Aldi teko rek!" ; "Wah, gak tau ketok rek!" ; "Nang endi ae?" ; "dll"
Dan asiknya mereka semua yang berjumlah 20 orang, perwakilan dari setiap kelompok yang ada di kampus menyapa saya. Baik, saya buat perbandingan. Ada teman saya yang sama seperti saya, jarang ketemu, namun tidak semua teman saya yang di sana itu menyapanya dengan akrab, mungkin sebatas jabat tangan saja. Setelah itu, selalu saja dihujani pertanyaan-pertanyaan lanjutan semacam kabar gitulah. (Hehehe, suwun yo rek, gol backheel-ku sing terakhir mbois kan mau? :p)

Untuk yang satu ini, saya menganalogikan seperti jika kita terlalu fanatik pada sesuatu. Entah itu lembaga, klub sepakbola, hingga grup band. Dengan kefanatikan tersebut yang diakutkan adalah hilangnay obyektifitas dan tinggal subyektifitas saja. Sempit. Oleh karena itu saya selalu berupaya untuk menjaga keobyektifan saya. Dengan obyektif saya bisa menjangkau banyak teman :) Oiya, namun hal ini membutuhkan proses. Setidaknya inilah yang saya dapat setelah empat tahun terakhir, hehe.

Pulang futsal, ternyata sudah ditungguin temen-temen kos mau ngajakin traweh bareng. Wah, sip! Jadi gak perlu traweh sendirian lagi. Dan traweh tadi kita mau meregenerasi siapa yang jadi imamnya, hahaha. Yang biasanya saya atau Hilmi atau Tea (angkatan 2006 semua), tadi gantian Ersa dan Jaya yang jadi imamnya gantian. Ersa pas sholat Isya', Jaya pas trawehnya. Ummm, penilaian saya...not bad lah, walaupun traweh yang seharusnya gak ada tahiyat awal, tapi tadi Jaya pake tahiyat awal, hahahaha.

Selesai traweh, kita Yasinan bareng. Sunnah kan tiap malam Jum'at, lagipula ini tadi malam ke-17 Ramadhan, Nuzulul Qur'an. Semoga semua ibadah kami mendapat ridho-Nya. Siplah! Setelah Yasinan bareng kita jadi "bright" lagi. Ceria, sepertinya kita lupa bahwa sekarang sudah jam 2an. Anak-anak mengulik-ngulik Al-Qur'an terjemahan, mencari kebenaran-kebenaran didalamnya (ceileeehhh!). Saya meneruskan tadarus saya. Saya dapat 1.5 juz malam ini, WAW! hahahaha kalo pas lagi mood bisa keterusan ngajinya, nyaman sih. Sebenernya mengejar target qatam, semoga saja.

Setelah itu anak-anak pada beli sahur di luar, saya yang sudah beli sahur malamnya melakukan hal yang saya ingin lakukan dari dulu: nonton pertandingan Juve lewat live streaming! hahahaha. Ternyata cukup lancar juga, jadi bisa dijadikan jadwal rutin kalo gitu. Ditambah lagi Juve tadi menang lawan Strum Graz. Forza Forza La Juve Ale!!

Oke, ini satu lagi malam hebat saya. Terimakasih buanyak teman-teman! :D
Waktunya Subuhan dan tidur............. (4:49 AM)

Minggu, 22 Agustus 2010

ingin

Halo, rasanya lama sekali saya tidak menulis. Ditambah pula kualitas tulisan saya yang sangat jelek pada postingan-postingan terakhir, hehehe. Kali ini pun entah tidak punya apa-apa untuk ditulis tapi saya ingin saja.

Yap, ingin. mungkin itu tema hari ini. Hari ini saya hanya melakukan semua yang saya inginkan. Tak peduli apa yang terjadi di luar sana, saya hanya mengunci diri di kamar. Cuma ditemani laptop bobrok saya, saya cuma berselancar di jaringan sosial dan menonton film. Sepanjang hari, walaupun hari mendung dan kamar saya gelap saya tidak menyalakan lampu, terlalu sayang untuk mengubah posisi saya menonton film, hahahaha.

Tadi saya menonton 500 days of Summer. Dan menyadari bahwa bertindak sesuka hati itu tetap ada batasannya, karena kita tetap saja makhluk sosial. Apapun yang kita lakukan sedikit banyak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan kita. hahaha, itu yang saya lakukan setiap hari. Bahkan banyak teman saya yang menyuuh saya untuk lebih egois. Entah apa jadinya kalo saya egois, hahahaha.

Buka, belum makan karena gak ada uang. Berpikir dua kali untuk beli makan. Sisa uang ini untuk makan buka atau makan sahur besok ya? hahaha karena memang sisa uang ini hanya bisa untuk beli sekali makan!!!

Malas tarawih di masjid, tarawih di rumah saja biar bisa lebih cepat dan meneruskan tadarus...

Minggu, 08 Agustus 2010

I'm ready for JFC

bukan Juventus Football Club, klub kesayangan saya (selain Persik, hehehe) tapi ini Jember Fashion Carnaval!! Walaupun dengan menahan kantuk yang sangat hebat, karena night driving, belum tidur sama sekali, saya tidak akan melewatkan begitu saja salah satu event internasional ini. Kesan pertama: Selamat untuk Pemkab Jember, Anda berhasil! Event yg matang, barometer karnaval fashion di Indonesia, objek wisata yg sukses, strategi yg jitu menilik kurangnya potensi wisata di Jember. Pesertanya pun total dalam berpartisipasi, ketika saya menyebutnya total, artinya mereka memaksimalkan semua potensi masyarakat yang ada, sangat WOW! Hingga kreasi-kreasi yang tak terjangkau pikiran saya.. YEAY!! SAYA SIAP! SAYA SIAP! SAYA SIAP! (dengan logat khas Spongebob Squarepants) Semoga bisa melupakan saya dengan kenyataan saya masih harus melawan kantuk karena night driving masih akan menjadi menu saya nanti... Ya ALLAH, dengan AsmaMu kami berangkat, dengan AsmaMu kami selamat, dengan AsmaMu perjalanan ini bermanfaat :D

Jumat, 06 Agustus 2010

"Anda sopan, kamipun sopan."


...kenapa selalu harus dimulai dari "Anda"?? hah??? Kenapa tidak dimulai dari diri sendiri?

Kamis, 05 Agustus 2010

...

The most caring people for football club are the supporters. We support them with heart, no more another interest. We are militant. And this is Persikmania. We was born at early 2000. We are not yet 10 years old. And we must accept this fact. IT WAS A BULLYING!

Rabu, 21 Juli 2010

Apa kabar? Super!

Ya, Super. Sebenarnya jawaban "super" ini saya meniru jawaban teman saya yang selalu menjawabnya begitu setiap kali ditanya kabar, hehe. Dan malam ini sepertinya saya baru bisa mengaplikasikannya, hehehe. Saya merasa super hari ini!

Dalam seminggu ke belakang, saya sudah dua kali pulang-pergi Kediri-Malang dalam rentang wajtu kurang dari 12 jam. Yang pertama Jumat kemaren, berangkat dari Kediri jam 3, nyampe maghrib, jam 8an berangkat lagi, nyampe Kediri jam 10an.

Dan hari ini. Bangun pagi, persiapan jualan es tebu, pecah-pecah es batu, sampe di tempat jualan menata mesin, meja, sapu-sapu dan siap berangkat ke Kediri! Yeay! Saya berangkat ke Kediri sama Vigna untuk: menonton Persik! Pertandingan Persik di kandang yang terakhir musim ini. Walaupun hampir pasti terdegradasi ISL, namun masih ada peluang untuk masuk babak semifinal di Piala Indonesia. Lawan Persija yang pada pertemuan pertama berakhir 4-3 untuk Persija. Maka di laga kali ini Persik hanya butuh menang 1-0 saja. Berangkatlah saya jam 10. Di jalan bersama Vigna. Hmmm..bersama orang yang tepat untuk bernostalgia, bercerita tentang perjalanan, tentang masa lalu, dan tentang semua hal "bajingan" kita, hahahaha. Mampir dulu di salah satu warung kenangan kita. Sampe Kediri jam setengah 2, istirahat sebentar dan siap nonton Persik!

So, here we are: Stadion Brawijaya Kediri!


Dan.....................Persik menang 2-0!!!! Lolos babak semifinal Piala Indonesia!!! Pertandingan semifinal akan digelar di Solo, dan saya akan di sana! Yeah!!!

Akhirnya sehabis maghrib saya siap pulang kembali ke Malang. Kali ini bersama Andik. Perjalanan malam yang mengasyikkan.

Sekian, dingin sekali malam ini. Bahkan Superman memiliki indra yang lebih peka sehingga akan terasa sangat dingin sekali malam ini.

Sabtu, 10 Juli 2010

ko-(minus)muni-kasi

Yiiihhhhhaaaaaa! Tidak perlu muni (bunyi) lagi untuk berkomunikasi! Hahahaha. Saya terinspirasi sama teman saya yang lagi tak henti-hentinya nge-BBGL (BlackBerry Gitu Loh!) di kursi atas saya sekarang. Yup! Belilah BB maka Anda tidak lagi membutuhkan mulut untuk berkomunikasi. Anda akan serasa berada di ruangan resepsi yang besar penuh dengan teman-teman Anda, kaya pembicaraan. Banyak sekali fitur yang ditawarkan untuk menjangkau teman-teman Anda mulai dari facebook, twitter, YM, BBM, bla..bla..bla. Pas suasana lagi sepi, eh, dia malah ketawa-ketawa sendiri. Memang, daripada Anda memecah kesunyian nyata, Anda akan lebih tertarik untuk berseri-seri sendiri saja. Yasudah, ntar kalo mati biar dilayat BlackBerry-nya saja! Hahahaha.

Terus..terus....saya pantau-pantau kok di setiap akun social network atau instant message yang dipunya semua topiknya beda-beda. Kayaknya Anda akan jadi orang yang berbeda di setiap akun-akun tersebut. Jadi berapa akun social network dan instant message Anda, maka sejumlah itulah kepribadian Anda. Hahahahaha. Walaupun sama orang yang sama tapi kalo beda tempat komunikasinya maka beda pula topiknya, sial! Udah gitu, pas ketemu (di dunia nyata) seakan-akan mereka itu tidak pernah membicarakannya. Ya begitulah, yang diomongin di YM ya YM saja, di wall facebook ya beda sama yg di twitter, adalagi yg di BBM. Huuuaaaaahhhhhhh.

Ampuuuuuuuunnnnnn BlackBerry!!! Rencang-rencang, meniko diparingi CANGKEM dipundamel ngaturaken endikan, monggo dipunmaksimalaken, sosialisasi secara langsung pancet paling enggal... Halah, emboh!!!

Kamis, 08 Juli 2010

apa kabar? kurang baik

Hehe judul ini saya ambil dari chat facebook saya yg barusan. Saya selalu males dengan jawaban standar (setting-an) orang Indonesia atas pertanyaan "Apa kabar?". Sebagian besar jawaban pasti adalah: "Baik-baik saja" hehehe. Saya pikir tujuan orang bertanya kabar pasti ingin lebih tau dari sekedar "baik-baik saja" saja. Yaaa..bukannya berharap "tidak baik", namun kita kan bisa saling berbagi kabar. Bagaimana sekolah kita, pekerjaan kita, kota tempat tinggal kita, keluarga kita, macem-macem lah. Atau mungkin kita yang kurang terbuka, atau harus dituntun (ditanya) dulu baru terbuka? Atau ini namanya toleransi? Dengan jawaban "baik-baik saja", jadi kita tidak membebani orang lain? Ahhh, sudahlah! Biar saja!

Well, saya nulis bukan untuk membahas itu kok. Gak tau kok tiba-tiba pengen nulis saja. Saya sedang di kos sendiri, eh, ralat, tidak sendiri, ini Tea barusan saja datang. Dengan ditemani musik dari Peterpan, Sheila on 7, dan Padi. Apa? Mainstream? Terserah!!! Toh saya tidak memungkiri kalo saya suka, hehe. Oiya, sebenarnya ada tawaran nonton bareng anak anak yang laen, gratis pula, tapi nontonnya Eclipse. Ogah ah. Bahkan saya New Moon belum liat, hehehe.

Yes, kurang baik! Secara fisik saya agak tidak enak badan. Sedikit capek dan hampir flu. Kemaren lusa saya dan teman-teman saya berlima nebang tebu di daerah Buring Malang. Nebang sendiri blusukan di tegalan tebu, becek-becekan, kesayat-sayat daun tebu, kotor-kotoran dan hujan-hujanan! Berhasil membawa 3 sak tebu penuh, kalo ditimbang kira-kira totalnya 50kg lebih. Asik banget!!!

Oiya, saya belum cerita kalo saya sekarang lagi jualan es tebu. Ntar deh saya cerita asal muasalnya kok tiba-tiba nge-es tebu, hehe. Jadi selama ini stock tebu dikirim dari Kediri seminggu sekali. Tapi ada kalanya tebunya abis sebelum dapet kiriman. Jadinya harus cari di Malang dan setau saya di Malang ini masih di Buring saja. Ini pun bertahap. Awal-awal dulu saya beli ke orang yang nebang seharga 20 ribu untuk satu sak. Sampai saya tau bahwa 20 ribu itu sangatlah berlebihan untuk hanya satu sak. Kemudian saya membeli 10 ribu dan ternyata menghasilkan jumlah yang sama. Bagus! Hingga akhirnya kita menebang sendiri dan hal ini tidak ber-efek pada mereka yang nebang. Hahaha akhirnya gratis!!! Tapi sialnya, hal ini juga menimbulkan beban psikologis tersendiri karena apa yang kita lakukan ini termasuk mencuri! Nah lo!!! Masa orang jualan gak modal??? hahahaha

Dan hari ini stock tebu habis. Ditambah lagi tadi pas ke Buring sudah kesorean dan tegal yang biasanya kita "jarah" sekarang sudah abis dibabat. Jelas besok tidak bisa jualan.

Di sini letak permasalahannya. Seharusnya kita semua yang berpikir untuk solusinya, namun hanya saya dan Tea dan Dhimas (kadang-kadang). Saya rasa ini tentang rasa memiliki. Bukankah dengan memiliki kita akan total menghidupinya? Ya, dan kita masih kurang memiliki. Jangan cuma mengandalkan kami. Ayo kita berjalan bersama. Berlari bersama! Jangan cuma diseret bisanya!!!

Sudah ah, kasian dada saya... uhuk..uhuk.... Selamat malam!

Minggu, 20 Juni 2010

Belajar Ragam

Baiklah, sekarang...apakah saya telah berbuat benar? Atau malah menyalakan api dalam sekam? Satu pikiran yang selalu saya hindari: mereka tidak "sampai" dengan maksud saya. Ayolah, kita sudah sama-sama dewasa. Saling memahami sudah mulai penting bagi kita, setidaknya kita belajar bersama-sama lah. Sudah bukan waktunya represif, saya yakin kalian juga tidak suka di-represif-in. Mungkin sekarang kita sedang mayoritas, bukan berarti kita lebih kuat. Kalo seperti itu kita sama saja dengan apa yang kita apathisi sehari-hari.

Teman saya kemarin membuat status, "Kalo kita dengerin musik yg kuas dan beragam, seharusnya kita juga bisa nerima sifat orang yg beragam pula." Begitulah! Luas saja, tidak memihak.

Saya sih percaya hukum timbal balik. Mereka akan baik kalo saya baik. Mereka akan apatis kalo kita juga acuh. Saya dibikin sakit karena saya pernah bikin seseorang sakit. Saya kecewa dan saya berpikir bahwa saya pasti juga pernah membuat kecewa. Yah, apalah. Jadi saya tidak harus menghakimi. Saya tidak harus tersinggung spontan: berpikir! berpikir! berpikir! jernih! jernih! jernih! dan all iz well :D

Ah, bagaimana kalo sekali-sekali tidak langsung mengkontra apa yang tidak sejalan dengan kita? Simpan energi untuk melawan dulu, diganti energi untuk belajar. Diikuti saja dulu, dipahami, diterima baru disinkronasi. Toleransi, kata Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dulu pas SD, hehehe.

Mari belajar bersama!

dosa yang membangun

Barusan kita ber-enam (Saya, Tea, Dhimas, Ersa, Jaya, Ferdi) sharing. Banyak.

Instropeksi, berkaca tentang diri sendiri. Saling lempar kritik, saling sindir, saling maki (dalam kosan kami makian adalah menu sehari-hari, sehingga mental kami terbentuk tebal). Hancur-hancuran, tak ada sungkan, apa adanya. Perumpamaan-perumpamaan menohok, hingga serangan menembus jantung. Pengakuan malas, tidak dapat bekerja tanpa ada pemicu, sampai-sampai pengakuan pecundang dan muka dua. Catat! Pengakuan, bukan olok-olok! Hebat!!!

Sesi selanjutnya adalah mengeluarkan semua unek-unek! Wahahahahaha puassss sekali! Saling memahami satu sama lain, saling mengiyakan, adu argumen. Keluarlah semua! hahaha. Ada yang lama dipendam, ada yang salah duga. Semua sah hari ini, teman-teman! :D

Horeeeeeee!!! Merdekaaaa!!! Hahahaha. Tertawa lepas. Memang begitu gunanya teman :)

Jumat, 11 Juni 2010

diselamatkan deadline (lagi) !!

Tadi pagi saya dibangunkan oleh sms teman saya, Husni. Teman waktu KKNP (magang) di Pertamina tempo hari. Dia mengabarkan kalo hari ini (hari kuliah efektif terakhir) adalah hari terakhir mengumpulkan laporan KKNP. Saya yang sedari awal menggampangkan dan sebenarnya tidak percaya hal itu (saya percaya kalo pas minggu tenang masih bisa mengumpulkan laporannya) merespon dengan tenang-tenang saja. Trus ditelpon Husni dan (seperti biasa) dia tidak sabaran, tipe orang yang tidak mau ngambil resiko dan patuh (hehehe), dia memaksa untuk menyelesaikan hari ini juga! Oke jadi deskripsi waktunya seperti ini: Saya baru bangun jam 9 dan ditelpon Husni jam 10, memaksa harus selesai jam 3 sore. Hari ini adalah hari Jumat, pasti kepotong Jumatan kurang lebih 1 jam. Pekerjaan laporan saya cuma kurang dari 1 bab dari 4 bab, praktis waktu yang saya miliki hanya 4 jam!! Baguslah!

Saya ngebut! Rencana saya hari ini saya lupakan demi mengerjakan laporan, bahkan saya tidak makan! Hahaha. Target: sampe sebelum Jumatan harus selesai 1 bab penuh! Yeah, masih 1 saja! It's okey, karena itu intinya laporan, di bab 3. Dan saya berhasil! Bab 3 selesai sebelum Jumatan.

Pas Jumatan jadi tidak khusyuk. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk telat ngumpulin laporan, harus mengulang semester depan. Menyusun rencana apa-apa yang harus dikerjakan. Dan berdoa... :)

Pulang Jumatan langsung ngerjain Bab 4 tentang kesimpulan dan saran, enteng.. hehehe. Abis ngerjain bab 4 saya menuju ke rumah Husni, siapa tau dapat contekan bab 1 dan 2. Sampek di sana ternyata Husninya malah lebih parah daripada saya! Dia belum selese bab 3 nya. Yaudah, aku ngerjain sendiri aja bab 1 dan 2 nya. Ngedit-ngedit dari contoh laporan temen. Trus bikin daftar gambar, daftar tabel, daftar pustaka, daftar isi, kata pengantar, dan lembar pengesahan. Trus selesai! Waw!!! Tinggal ngeprint! Abis ngeprint, laporan siap jam 3 pas! Alhamdulillah... kok bisa ya? Bukti kuasa Tuhan :)

Saya menelpon Pak Aulia Fuad (Dosen Pembimbing KKNP saya) dan dia menyuruh saya cepetan datang ke kampus. Saya pikir Pak Fuad mau ada kelas. Oke saya segera berangkat ke kampus meninggalkan Husni dan laptop saya tinggal di rumah Husni. Sampe di kampus, Pak Fuad tidak ada di ruangannya. Saya telpon lagi ternyata Pak Fuad sudah ada di mobil dan akan pulang. Walah! Saya pun lari menuju tempat parkir. Pak Fuad menghentikan mobilnya yang sudah setengah keluar (sudah tidak dalam kondisi parkir, sudah siap meluncur pulang) dan menemui saya. Laporan saya dilihat beralaskan kap mobil, dan saya presentasi (bercerita). Pak Fuad mendengarkan sambil membaca-baca laporan saya, trus memberi nilai. Ternyata Pak Fuad masih belum puas dengan cerita saya, saya diajak masuk ke mobilnya dan mengeluarkan mobil dari parkiran agar tidak menghalangi mobil lain. Maka berceritalah saya di dalam mobilnya Pak Fuad, hahaha.

Presentasi yang unik saya kira, hehe. Dan bersyukurnya lagi, ternyata hari itu adalah hari terakhir untuk tiga minggu ke depan Pak Fuad di kampus. Bayangkan jika saya masih santai dan menunda mengerjakan laporan minggu depan, saya tidak akan bisa menemui Pak Fuad dan otomatis saya harus mengulang semester depan! Saya benar-benar berada di waktu terakhir! Hahahaha. Terimakasih Tuhan! Memang petunjuk itu bisa datang dari mana saja, yang ini giliran dari Husni, hehe.

Dan juga terimakasih untuk deadline! Kalo gak ada deadline, mungkin saya masih sante-sante, enak-enakan, mengerjakan hal lain, mengurus ini-itu, meneruskan membaca The Sorceress, menikmati sakitnya badan ini, bla..bla..bla.... hahaha.

Mari datang lagi deadline-deadline yang lain! :D

Selasa, 08 Juni 2010

mati tidak sama dengan berhenti

Saya sakit, sangat sakit saya kira. Saya juga capek, namun kalo capek saya masih terbiasa. Bahkan saya sangat menikmati capek, biasanya. Tapi ini lain, saya hancur secara fisik tapi dengan pikiran excited. Begitulah, karena saking excited-nya saya melupakan fisik saya. Memang benar kekuatan pikiran bisa menjadi motivasi yang sangat manjur. Tapi ketika berhenti saya jatuh. Namun tetap saja saya takut untuk menunjukkan ketidakberdayaan ini. Saya harus tampak kuat dan selalu membuat mereka kuat.

Jadi tenang teman-teman, saya tidak akan berhenti :) tapi saya akan mati.

...

Sabtu, 05 Juni 2010

that night Coffee Time was became Dead in Deadline Time

preparing


still preparing, actually, I don't know how to fix that stuff!


drum beat intro


my back, enjoy!

dead in deadline, huh?


the middle line


the frontliner


are we emo enough?


take a deep breath, buddy!


there are two people with the worst skill!


after show

Minggu, 30 Mei 2010

Chauvinisme: Persikmania

Saya masih shock saja sekarang, masih sesak dada ini. Pengen jahe untuk melegakan (loh, bukannya jahe untuk melegakan tenggorokan bukan dada? Salah ya?). Asem, berarti gak ada yang bisa melegakan. Masa’ harus nangis? Tapi saya rasa saya gak malu menangisi. Ironis. Mendengar raungan konvoi motor merayakan juaranya Arema, saya terlindas-lindas. Persik terdegradasi. Degradasi kasta kejuaraan sepakbola Indonesia membuat degradasi kemauan saya malam ini, rencana saya berantakan. Saya malas ngapa-ngapain, murung, masih sesak.

Persik terdegradasi? Saya benar-benar masih tidak percaya. Ada setitik harapan dilambungkan, tapi kita tidak bisa meraihnya. Saya tidak bisa berusaha apa-apa, mengusahakan apa-apa. Hanya terus berdoa saja. Saya masih tak percaya.

Layaknya anak laki-laki di daerah, saya berpaham chauvinisme akut. Apalagi yang daerahnya memiliki klub sepakbola. Dan saya cah Kediri, maka saya Persikmania (nama pendukung Persik, klub sepakbola Kota Kediri). Saya bukan yang garis keras atau fanatik berlebihan yang hanya bisa melihat satu sisi saja. Bukannya yang membenarkan anarki. Bukan garis depan. Namun saya selalu berusaha semaksimal mungkin nonton di stadion setiap Persik berlaga. Di kandang maupun tandang ataupun laga usiran. Saya di sana.

Saya bukan Persikmania dadakan. Saya sudah di sana ketika Persik masih di Divisi II atau kasta level ketiga (saat itu, sekarang level keempat), tahun 2001. Saya masih ingusan, SMP kelas 1. Persik pun juga masih belum bergaung seperti sekarang, malah hampir tidak ada kabarnya, bahkan dulu masih tenar Persedikab, klub sepakbola Kabupaten Kediri. Masa-masa itu merupakan masa-masa berkenalan dengan Persik. Stadion Brawijaya (kandang Persik) masih sangat belum layak untuk level nasional sekalipun. Hanya ada satu tribun dan hanya menampung sekitar 400-an orang yang terletak di barat stadion (sekarang VIP). Dulu Persikmania cuma 200-an dan mengisi setengah bagian tribun bagian utara saja. Karena sisi lain stadion hanya gundukan tanah yang ditumbuhi pohon-pohon besar saja, kalo hujan becek.

Tahun itu Persik promosi ke Divisi I setelah menempati peringkat ketiga (kalo tidak salah). Setelah promosi itu gaung Persik di Kota Kediri mulai terasa. Mulai banyak persikmania yang datang ke stadion. Untuk mengakomodasi semakin banyaknya supporter, maka dibuat tribun sementara dari bambu. Tribun dari bambu tersebut dibangun di sisi timur lapangan. Lumayanlah, karena tidak harus duduk di tanah lagi, hehe. Dan ternyata Persik hebat juga di musim itu, didukung dengan trio pemain asing dari Chile, yaitu Fernando Guajardo Levia, Alejandro Bernal, dan Juan Carlos Tapia (sumber: ingatan). Dan dengan tangan dingin manajer Iwan Budianto yang merekonstruksi Persik. Saat itu, Iwan Budianto merupakan menantu dari Pak Maschut, Walikota Kediri sekaligus Ketua Persik Kediri. Iwan rela meninggalkan jabatan sebagai manajer Arema untuk menangani Persik yang berada di level lebih rendah.

Dan ternyata hasilnya sangat menggembirakan, Persik menjadi Juara Divisi I!!! Dengan predikat itu, maka Persik berhak untuk naik kasta ke Divisi Utama, kasta tertinggi Liga Indonesia (saat itu). Untuk pertama kalinya Persik menembus Divisi Utama! Kebetulan pada saat yang sama Persedikab terdegradasi ke Divisi I, jadi animo penonton tersedot ke Stadion Brawijaya. Yang asli Kota Kediri, Kabupaten Kediri, hingga Pare, Blitar, dan Tulunggagung adalah Persikmania!!!

Tahun 2003, kelas 3 SMP. Saya pastikan saya selalu menonton setiap pertandingan kandangnya. Jika pertandingan pas midweek, atau hari sekolah, saya rela tidak masuk bimbingan (kan kelas 3 dulu ada bimbingan persiapan UNAS gitu lah). Pulang jam 1, langsung mancal sepeda super cepat, makan cepet-cepetan, sholat gak khusyuk, pilih baju persik, syal persik, langsung berangkat ke stadion…lari! Ya, rumah saya lumayan dekat dengan stadion, kurang lebih 1 km (kayaknya kurang). Jadi teman-teman saya sering nitip sepeda atau motor di rumah saya. Cuma sekali saya gak nonton, pas lawan Petrokimia Gresik, itupu karena pas UNAS. Dan saya hanya bisa mendengar teriakan “GOOO..OOL” dari rumah saya.

Tak disangka Persik sangat hebat musim itu. Dengan dipoles tangan dingin Jaya Hartono, motivasi dari Iwan Budianto, dan pemain-pemain (tak usah disebutkan satu-satu, tapi saya jamin saya masih (hampir) hapal semua plus nomor punggung :p) yang tak masuk perhitungan bintang, Persik menjelma menjadi tim ajaib. Lebih ajaib dari Persikota Tangerang yang dijuluki Bayi Ajaib karena langsung menembus semifinal pada tahun pertamanya di Divisi Utama. Karena Persik menjadi juara Divisi Utama pada keikutsertaannya yang pertama dan pada kompetisi penuh untuk yang pertama kalinya! Karena Persik tidak terkalahkan di kandang! Hebat! Terlalu hebat! Melambungkan asa kami secara prematur. Khayal! Bangga! Gak percaya! Bahkan kami masih belum tau bagaimana biasanya supporter bola berpesta? Hahaha. Kota Kediri penuh dengan atribut Persik. Benar-benar terlalu penuh untuk kota kecil itu, ungu! Berpesta, mengusung replika trofi, kembang api, konvoi mengarak sang pahlawan mengitari se-eks Karisidenan Kediri. Senang! Sangat senang!

Oiya, ada cerita terselip, yaitu ketika di kandang melawan Arema. Karena jarak yang dekat antara Kediri dan Malang, ditambah lagi kedekatan secara “saudara muda” karena banyak pemain Persik yang eks-Arema. Stadion penuh membludak, setengah bagian selatan milik Persik, dan sisanya milik Arema. Bahkan lebih banyak Arema. Jam-jam sebelum pertandingan kita saling melempar lagu atau yel-yel. “Ayo ayo Persik Kediri, Arema kita saudara..!” Begitu akur dan akan sangat meriah saya kira. Kebetulan saya berada di tribun yang paling berdekatan dengan tribun Arema, jadi bosa lebih merasakan atmosfernya. Untuk pertama kalinya melihat pendukung yang sudah berpengalaman dan sangat kreatif. Sesaat sebelum pertandingan ada empat Aremania yang berlari mengitari lapangan dengan membentangkan spanduk raksasa Arema, sepertinya memang sudah tradisi atau untuk menyapa. Namun Persikmania yang belum paham merasa kesal dan beberapa melakukan aksi pelemparan. Di situ mulai ada “percikan” permusuhan. Ketika pertandingan berlangsung Aremania merangsek hingga berada di belakang gawang. Dan pertandingan berlangsung. Priiit, Persik mendapat hadiah pinalti. Aremania pun protes hingga ada yang masuk ke lapangan. Tensi mulai meninggi. Pertandingan dilanjutkan dan gol, 1-0 bagi Persik, gol diciptakan oleh Bob “Bobby” Bamidele Manuel dari titik pinalti. Seiring berjalannya pertandingan Aremania sudah merasa gusar dan beranggapan bahwa keputusan wasit tidak fair, hingga akhirnya Aremania memberondong masuk ke lapangan. Kerusuhan, pertandingan dihentikan. Tawuran tak terelakkan. Tapi bukan antara Persikmania dan Aremania, namun Aremania dan jajaran polisi. Chaos, sangat kacau keadaan saat itu. Saya berulang kali harus menunduk untuk menghindari barang-barang yang tebang kesana-kemari. Lemparan batu, lemparan botol, hingga lemparan sandal. Polisi berkuda melintas di depan saya, anjing K-9 dikerahkan, dan ribuan aparat berpakaian lengkap berhamburan. Kami, perskmania masih tertahan di dalam stadion untuk menghindari kerusuhan yang lebih luas. Karena Aremania digiring keluar oleh polisi. Suasana masih mencekam hingga malam hari saya baru bisa pulang. Pengalaman pertama saya tentang gesekan supporter bola.

Tahun 2004 masih terus bersama Persik. Liga Champion Asia melawan Yokohama Marinos, di situ ada Ahn Jung Hwan (pahlawan Korea Selatan di Piala Dunia 2002)! Yang dulunya hanya bisa nonton di layar kaca kini bisa nonton secara langsung, dan dia mencetak gol! WOW! Namun secara keseluruhan tahun 2004 dan 2005 prestasi Persik biasa-biasa saja. Namun saya masih selalu nonton di stadion.

Tahun 2006, kelas 3 SMA. Masih terus nge-persik. Persik lolos 8 besar dan dkonsentrasikan di Stadion Manahan Solo. Saya selalu tret-tet-tet ke Solo tiap Persik maen. Pernah suatu ketika pas pertandingan lawan Arema di Solo. Hari Rabu kumpul jam 8 pagi dan berangkat jam 10. Sampek Solo jam 3 sore-an. Seperti biasa Arema datang lebih banyak (padahal jaraknya lebih jauh). Karena suatu kondisi pertandingan dibatalkan dan akan dilangsungkan keesokan harinya. Aremania banyak yang kecewa dan mulai berulah. Lagi-lagi persikmania harus menunggu di dalam stadion dulu hingga keadaan kondusif, dan baru bisa keluar stadion jam 9 malam. Pulang ke Kediri dan tiba jam 2-an. Paginya siap berangkat lagi. Capek badan akan terbayarkan kemenangan. Dan benar saja, Persik kembali menang lawan Arema saat itu 1-0 lewat gol Harianto. Yeah, kurang dari 48 jam pulang-pergi Kediri-Solo 2x!! Yang penting Persik!!! Hahaha.

Pas final di Solo bertepatan dengan tes STAN. Aku yang sedari awal gak sreg masuk STAN ngasal aja tes di Jogja, maksudnya biar bisa nonton final Persik vs PSIS! Benar saja, saat tes yang dipikiran Persik tok, masa bodoh dengan tesnya! Pulang tes jam 1-an langsung berangkat ke Solo!!! Kebetulan kita berenam naik mobil ke Solo. Sampek Solo, ekspektasi awal tiket ekonomi seharga 20ribu. Teman-teman yang tes di Malang sekitar 12 anak nitip dibeliin tiket, karena mereka sedang ngebut perjalanan dari Malang ke Solo!! Dan ketika tanya ke calo tiket sudah seharga 40ribu! Saya tidak percaya dan mencari loket, sangat ramai, mencari loket yang lain, ramai juga, loket lain, terus saya telusuri wilayah stadion untuk mencari loket. Hampir tiga putaran stadion saya terus mencari tiket untuk kami dan juga pesanan teman-teman. Sambil mencari loket saya juga tanya-tanya ke calo. Putaran pertama di calo seharga 50ribu. Putaran kedua naik 60ribu. Putaran ketiga tiket di loket habis dan harga di calo 75ribu!!! Sialan! Daripada tidak nonton, kami beli saja itu 75ribu dan mengabarkan pada teman-teman saya bahwa tiket sudah habis, supaya mereka mengurungkan niat untuk berangkat ke Solo. Mereka yang pada saat itu suda sampai Caruban akhirnya putar balik pulang ke Kediri, nonton bareng di Kediri. Dan saya beruntung bisa nonton di stadion langsung!

Dan akhirnya 75ribu tersebut tidak bisa dibandingkan dengan perasaan jumawa saya karena untuk kedua kalinya Persik menjadi Juara Liga Indonesia!!! Hebat!!! Dalam kurun waktu 4 tahun bisa juara dua kali!!! WAW! YEAH! AAAAAAAAA…aaaaaa!!!!! Saya berteriak keras di bawah hujan kembang api. Kembang api yang sangat-sangat indah. Saya “tinggi” sekali saat itu! Saya terbang!!! Untuk yang ini, kita sudah paham bagaimana harus berpesta :D

Yeah, itulah perjalanan ke-“persikmania”-an saya. Di samping perjalanan, saya juga mengoleksi souvenir dari supporter-supporter klub lain. Saya pernah bertukar kaos dengan Jakmania saat tandang ke Kediri, bertukar syal dengan Pasoepati selaku tuan rumah final di Solo, dan yang paling saya suka, saya juga tukar syal dengan pendukung Urawa Reds Diamond dari Jepang, pas Persik melawan Urawa pada Liga Champion Asia di Solo!! Sayang, syalnya hilang, jatuh di kereta saat perjalanan ke Jakarta L.

Masuk kuliah di Malang sebagai salah satu publik enemy dari Aremania, saya selalu bangga. Saya termasuk yang dikenal sangat Persik di kampus. Sering kita beradu argumen bahkan saling ejek, hehe. Sering saya dikepung para aremania dan membahas perselisihan itu (saya berada di kandang singa!!! Hahaha). Namun untungnya saya termasuk yang obyektif, saya bisa memahami perasaan mereka, bagaimana mereka sangat benci dengan Persik, dan semacamnya, jadi gak sampek terjadi perselisihan, hehe.

Dan sekarang…sekarang Persik terdegradasi! Saya telah dibawa terbang tinggi dua kali dan kini saya tersungkur. Saya mau sukanya maka saya harus ikut menyangga dukanya. Saya siap dihujat, diolok-olok, dilecehkan, dikasihani. Tapi saya tidak akan lari dan berbelok mendukung Arema yang juara. Tidak, saya obyektif dan sudah memberi selamat pada Arema. Juga bersimpati kepada sesama Persikmania teman-teman saya.

Masih sesak dada ini.




Suka is the new Ikhlas

Berkorban untuk ikhlas? Is so last year..!!! hahaha :D
Tidak selamanya ber-ikhlas ria harus diidentikkan dengan pengorbanan. Dari segi nama saja sudah salah kaprah.
"Saya ikhlas kok dengan pengorbanan saya." Nah, pengorbanan. Kata dasarnya saja sudah korban, kalau tidak salah korban adalah sebutan untuk orang yang menderita. Ah, apalah sanggahannya, kalau menderita ya menderita saja, tidak usah, "Saya ikhlas kok dengan penderitaan saya." Kalau begitu maka tidak usah menyebut itu dengan penderitaan atau pengorbanan. Bilang saja, "Saya suka kok membantu Anda."

Iya, suka! Suka yang itu loh! Yang artinya sama kayak senang juga atau mungkin bisa diasosiasikan dengan cinta (halah..!), hehe. Ikhlasnya dijadiin suka saja. Biar lebih "gaul" gitu loh! Lebih muda, gak sok alim juga, hahaha. Saya pikir suka sudah sangat representatif untuk ikhlas, bahkan lebih lengkap karena kalau suka tidak ada unsur terpaksa, yang terlihat ataupun yang tidak terlihat. Atau yang berusaha ditutup-tutupin atau berdasarkan sungkan (biasaaa...orang Jawa asli :D). Kalo suka kita selalu tersenyum :). Dan senyum bisa meringankan beban. Trus kalo suka biasanya malah mengeksplor, urun ide kek, ikut kasih motivasi kek, pokonya ikut seneng kalo bisa berhasil, kayak yang berhasil kita sendiri aja. Hehehe gak papa mendompleng kesenangan, karena itu memang efek dari suka. Yeah, karena suka jadi banyak senang, bersenang-senang selalu!

Jadi saya lebih suka membantu daripada ikhlas membantu ;p

NB: Mungkin ada pro-kontra mengingat betapa religiusnya istilah ikhlas itu, hehe maap, open mind saja, OK? :D

Selasa, 25 Mei 2010

I will only dead in deadline!

Sial! Saya butuh deadline! Ini dia kelemahan dead in deadline. Saya tidak bisa bekerja tanpa deadline! Otak saya, kemauan saya, niat saya terlalu tergantung deadline. Mereka baru bisa bekerja saat tertata jelas. Mana bisa menata jika deadline itu tidak ada? Cara kerja mereka selalu begitu. Saya butuh deadline! Setidaknya orang yang bisa men-deadline! Saya terlalu bebas, terlalu santai, terlalu tidak teratur. Saya butuh manajer! Buatkan saya deadline! Saya butuh pendukung! Pacu semangat saya!

Lagi-lagi sial! Saya begitu kronologis. Harus urut satu-satu, dari awal sampai akhir. Harus buat gambaran, semacam kerangka dulu baru bekerja. Untuk membuat gambaran itu saya juga butuh deadline. Dengan deadline jadi bisa memetakan kapan harus mulai, apa saja yang dibutuhkan, analisis ini itu, mempertimbangkan macam-macam dan bekerja. Pas sudah proses pekrjaan juga harus kronologis. Yang satu dikerjakan dulu sampai habis, sampai puas, sampai bagus, baru menjamah yang lainnya. Jadi sulit mau mengerjakan yang lainnya, pasti kepikiran yang masih belum selesai tadi.

Masih sial juga! Saya terlalu "baik hati". Saya pasti memilih membantu mereka dulu, baru memikirkan urusan saya. Banyak yang saya pikirkan dan siapkan untuk mengakomodasi mereka. Dan selalu jadi prioritas saya. Saya dahulukan mereka. Kalau sudah gitu jadi banyak yang saya tanggung. Tanggungan buat mereka, bukan tanggungan saya sendiri. Selalu begitu empat tahun ke belakang.

Yahh..setidaknya saya sudah bisa merefleksikan, memetakan, instropeksi apa kelemahan saya. Kalo yang pertama, saya harus benar-benar bekerja keras. Tidak mungkin saya merubah cara kerja otak saya, jadi saya harus bekerja keras menciptakan deadline saya sendiri. Kalo benar-benar mentok, saya akan bekerja keras membujuk seseorang untuk membuatkan saya deadline dan menjaganya, hahaha. Yang kedua, saya menyebutnya sebagai tanggung jawab (?). Karena saya selalu masih kepikiran pekerjaan yang belum selesai ketika mengerjakan pekerjaan lain, jadi kan saya merasa bertanggung jawab pada pekerjaan yang saya kerjakan. Ya kan? hehehe. Yang ketiga sih, sudah jelas saya memang baik hati. Saya siap membantu walaupun saya juga sangat butuh dibantu. Biarin, saya tau ada Yang Maha Melihat, hihihi.

Sudah ah sial malam ini :D

Kamis, 20 Mei 2010

Tidur Siang

Ini hari-hari terakhir saya di kantor. Setelah "petualangan" yang sangat mengasyikkan di Gresik, saatnya kembali di belakang meja. Audit pendahuluan, cek fisik, dan analisis sudah lewat. Waktunya konfirmasi dan klarifikasi. Bukan bagian saya. Kemarin malah ditawarin ikut ngaudit baru lagi, kalo gak salah ngaudit tentang konfersi minyak tanah ke gas elpiji, tapi sebelum dijelaskan lebih lanjut saya memberi tahu bahwa ini adalah mingu terakhir saya. Singkat kata saya sedang nganggur.

Dan kepikiran umur. Di saat teman-teman saya sibuk skripsi, saya tenang saja (sudah bisa agak tenang, dengan pembenaran-pembenaran yang saya bangun, hehe) dengan kenyataan bahwa saya belum memulai, walaupun sudah memprogram sejak awal semester. Mengingat berapa bulan yang saya buang sia-sia, saya tidak melihatnya demikian. Saya tidak akan menyesali waktu yang saya "buang" itu. Tergantung melihat dari perspektif mana. Jika dari skripsi sih, yahh..memang terbuang. Tapi saya mendapat banyak nilai tambah lain di dalamnya. Saya bisa mengkonstruks ulang perusahaan clothing saya, saya bisa memamerkan musik band saya, saya bisa menikmati musik-musik yang benar-benar bagus, saya bisa lebih banyak waktu berkumpul bersama keluarga, saya bisa mendapatkan pengalaman mengaudit dan mengevaluasi Modernisasi LOBP Gresik, saya bisa berkumpul dan berbagi dengan teman-teman saya, dan saya juga bisa istirahat dan menata rencana saya. Begitu banyak yang saya lakukan dalam waktu terbuang itu. Saya tidak menyesalinya.

Ketika teman-teman saya repot untuk tes di sana-sini, saya hanya mendukung saja. Entah kenapa saya masih belum berminat saja. Mungkin memang pada dasarnya saya adalah orang yang kronologis. Saya selalu membangun skala prioritas. Saya akan menyelesaikan telebih dahulu pekerjaan yang saya prioritaskan. Saya yakin dengan begitu saya akan melakukan seluruh pekerjaan dengan maksimal. Bukan berarti saya tidak tahan dengan banyak pekerjaan (masalah). Namun saya hanya ingin melakukan semua hal dengan makasimal. Dan itu adalah cara yang saya pilih. Dan saya teruji dengan tumpukan masalah yang saya petakan dengan skala prioritas itu.

Jadi prioritas saya sekarang adalah KKNP ini, minggu ini selesai. Siap menghadap Pak Iqbal dengan berbagai judul skripsi baru yang akan saya tawarkan. Enam judul saya telah ditolak, saya melihatnya sebagai proses. Saya yakin Pak Iqbal adalah dosen yang pas, yang bisa membimbing saya mengerjakan skripsi yang maksimal, yang tidak menyia-nyiakan masa kuliah saya dengan skripsi yang begitu-begitu saja. Semoga saja.

Prioritas skripsi dulu, asli dalam diri saya, saya ingin skripsi saya tidak hanya menjadi tumpukan kertas berdebu di perpustakaan atau ruang baca. Saya jadi ingat ketika ujian praktek Bahasa Indonesia pas SMA dulu. Disuruh bikin karya tulis, dan kelompok saya kebagian tentang kenakalan remaja. Saya langsung kepikiran mengenai fenomena membolos di SMA (semua SMA mungkin memiliki problem yang sama tentang yang satu ini, dan saya adalah salah satu pelakunya). Bekerjalah kelompok saya mencari data, informasi dengan angket, sutvey, hinga wawancara. Mulai dari alasan membolos, jam-jam waktu membolos, di mana tempat paling "aman", pernah ketahuan apa tidak, dll. Maka saya presentasikan karya kontroversial itu dengan tag line "IPS presents: kami lakukan, kami sadar". Ya, IPS, karena dari dulu anak IPS konotasinya terkenal nakal, bandel, outsider lah pokoknya (bukan fans-nya SID lo!). Ternyata sangat ramai pembahasan pas kelompok saya ini. Saya mendapatkan ejekan munafik hingga tepuk tangan meriah. Dan ternyata, karya tulis tersebut akan diserahkan ke BK dan dijadikan bahan referensi untuk meminimalisir fenomena membolos itu. Nah, yang seperti itu yang saya inginkan, sederhana, namun bisa berguna.

Saya seperti belum tertarik dengan rekruitmen-rekruitmen itu. Saya sih tanpa beban saja. Saya hanya ingin bekerja di mana saya ingin bekerja. Dan suatu saat akan ada seseorang, perusahaan, lembaga, institusi yang menyadari kekurangan dan kelebihan saya. Kalo memang gak ada, ya saya mengembangkan usaha clothingan saya saja, hehe.

Lalu apa lagi yang saya risaukan? Mengenai umur? Pacar. Ya, saya tidak mahir dalam hal ini. Jadi keinget salah satu percakapan dalam komik strip Mafalda. Seorang teman cewek Mafalda (Marguerita kalo gak salah namanya) bertanya pada Mafalada, "Apakah dulu mama kamu kuliah?" "Iya!" jawab Mafalda. "Apakah dulu mama kamu punya pacar?" tanya Marguerita lagi. "Umm..aku rasa tidak." sahut Mafalda. "Jadi mama kamu tidak dapat apa-apa dong!"
NAH LO! hahahahaha..

Sekali lagi saya tidak mahir. Saya bingung. Pernah dua kali saya berlaku istimewa (karena orang istimewa layak mendapat perlakuan istimewa, hehe). Semuanya masih sama sekali belum kenal. Yang pertama berpura-pura menjadi tukang bunga dan sok tak sengaja berkenalan dengan nama dan nomor handphone saya di dalamnya, yang kedua semacam introducing breakfast sambil jalan-jalan dan ngasih CD Endah & Rhesa juga dengan nama dan nomor handphone saya di dalamnya. Hehe, jadi saya tidak pernah meminta nomor handphone, dia dulu lo yang menghubungi saya, hehehe ;p
Ah, dan ternyata saya benar-benar tidak mahir. Saya tidak menemukan kecocokan setelahnya, dia kurang indie!!! hahahaha

Yah sudahlah, memang bukan dia-dia itu. Saya masih terus menikmati hidup "indie" saya, bebas, berkreasi, bersama teman-teman, ya begitulah. Saya sedang mengumpulkan modal, itu saja. Entah pada siapa akan saya bagi. Tapi semakin lama saya rasa benar-benar perlu semacam pendukung hidup saya. Yang benar-benar mengerti di mana saya, trek saya, dan menjaganya biar tidak keluar. Saya ingin berbagi, benar-benar berbagi semuanya.

Asem! Jadi semacam curhat gini. Saya baik-baik saja! Saya tidak mellow, saya punk! Hahaha! Saya memahami ini sebagai kesempatan. Kesempatan untuk lebih mengeksplor diri lagi.

Terus jalan, peka, serap, kreasikan!

Selasa, 18 Mei 2010

Kemarin Kemarin

Yeah, beberapa hari kemarin yang lalu kembali mengingatkan kalo saya masih muda, hehe.

Setelah memasuki hari-hari magang di kantor, mulai memprogram skripsi (Dan kenyataannya saya belum memulainya sama sekali, saya tertekan, sampai akhirnya saya memahami ini adalah proses, pembenaran bahwa saya tidak akan menyia-nyiakan empat tahun ke belakang dengan membuat skripsi yang maksimal! Amin!), membicarakan mau kerja di mana, ada rekruitmen ini itulah, dan semua hal yang membuat saya tua dan berhenti berkreasi karena fokus pada satu hal tua itu.

Menjadi gila lagi, melakukan perjalanan tak wajar lagi, melupakan batas ketahanan fisik lagi, bermuda lagi!

Jumat, sore, akhirnya weekend juga. Sudah jenuh, butek dengan rutinitas kantor. Bobby menjanjikan late night shopping ke TP beberapa hari lalu. Berburu diskon besar diatas jam 8 malam. Pas ditagih, eh, dianya ngeless lagi gak punya duit, soalnya duitnya barusan dipake buat bayar listrik kontrakan. Padahal saya juga berada dalam kondisi yang sama (lagi gak punya duit). Ah, bodo, daripada bengong di kontrakan, cuma maen PES, nonton tv, tidur-tiduran, ngomongin orang, kita berangkat ke TP. Cita-cita saya adalah membeli kemeja dengan harga 50ribuan, titik. Kalo di atas itu, no way! (Kayaknya gak mungkin ya?)

Sampe di TP, memulai kegiatan meraih cita-cita. Dan ternyata benar, cita-cita saya tidak kesampaian. Semuanya masih di kisaran 100ribuan. Yaudah, jalan-jalan aja kalo gitu. Trus tiba-tiba keinget kalo besoknya Mahatma Nayaka Adhitama, SE, Bsc mau maen ke Surabaya. Yaudah, akhirnya cari kado buat kelulusannya Tomblok (nama kerennya Mahatma). Dan akhirnya kita putuskan untuk membeli baju batik. Setelah lama memilih, ditemukan juga batik yang dirasa cocok. Namanya juga diskon, harga 309ribu jadi 124ribu. Kemudian saya menawarkan pada teman-teman saya untuk patungan memberi kado buat Tomblok (aslinya sih karena memang gak ada duit), hehe. Dan kado siap diberikan dengan bungkus tas plastik Matahari dan dengan harga yang memang sengaja tidak dicabut, 309ribu!!! hahahaha..

Sabtu, Tomblok datang bareng Aci, pacarnya, dan Item (Nova Dewi Oktasari, mahasiswi STIS yang suka jalan-jalan). Karena tidak ada kendaraan, sehabis dari teminal mereka naik bis kota turun di TP dan kami menemuinya di sana. Di TP jalan-jalan aja, lebih banyak cerita, bercanda, berkeluh kesah. Terus pacarnya Bobby, Ica datang bawa mobil menyelamatkan kami dari TP. Cabut dari TP ke Royal Plaza mau ketemu masnya Aci. Ditraktir Pizza Hut sama masnya Aci dan pulang ke kontrakan. Sehabis maghrib, Tomblok dan Aci pulang ke Kediri, petualangan masih akan berlanjut!

Sekarang tinggal saya, Bobby, Ica (pacarnya Bobby), Item. Kami pun meluncur ke Big Boxx Complex bersiap memanjakan telinga, mata, dan pikiran. Karena kami akan menonton konser Indienation Jangan Marah Records Tour 2010 yang berisi band-band hebat macam Efek Kos Kaca (ERK), Bangku Taman, Zeke Khaseli, dan The Kucruts. Bagi saya pribadi sebenarnya ini saya jadikan sebagai pemanasan pengenalan lagu-lagu Bangku Taman, Zeke Khaseli, dan The Kucruts. Karena saya cuma ngerti nama dan gambaran lagunya, namun belum benar-benar menikmatinya. Pemanasan karena saya berniat akan menkmatinya dengan sempurna keesokan harinya di Malang. Bangku Taman memberikan suasana ramah dan nyaman, The Kucruts bercerita tentang keresahan para remaja dengan tulus sekali, Zeke Khaseli membuat saya terbengong dengan visualisasi panggungnya, dan ERK selalu hebat.

Big Boxx berada di panggung terbuka, dan hujan mulai mengguyur ketika ERK tampil. Namun itu tidak menyurutkan kami semua untuk sing along sepanjang set list ERK. Cinta Melulu menjadi lagu terakhir yang menghentak namun hujan juga tak mau kalah menghentak. Selesai konser, pukul 00.15, basah kuyup.

Malam masih panjang buat saya. Karena saya berniat untuk pulang ke Malang, menyiapkan kos yang akan dibuat transit oleh rombongan Jangan Marah Records Tour!!! Jadi begini ceritanya, sebenarnya panitia lokal Malng sudah menyiapkan hotel, tapi ternyata baru bisa check in di hotelnya jam 12 siang. Padahal ERK, dkk berangkat dari Surabaya jam 2 dini hari, nah, kos saya dijadikan tempat transit sementara mereka. Boleh sombong dikit dong, ERK was there! Zeke was there! Bangku Taman was there! The Kucruts was there! hahaha mereka yang selama ini saya kagumi sedang tidur di kos saya...

Kembali ke malam itu, siap berangkat bareng Item, ya Item juga memutuskan untuk encore setelah mendengar ERK. Nekat berangkat dengan baju basah kuyup. Ambil mio di penitipan dan...mogok! Wasem! Motorku mogok! Gak bisa distarter, diselah juga gak bisa. Ditolongin orang sampe satpam pun tetep gak bisa. Akhirnya telpon Bobby suruh jemput deh...

Motorku ditarik. Pelajaran malam itu, jika ingin mengetahui cara terbaik melakukan sesuatu, maka lakukanlah dahulu! Tidak perlu banyak teori, lakukan dan kamu akan mengerti. Apaan sih?! Jadi pertama motorku ditarik, aku ditarik item yang dobonceng Bobby. Item yang memang kurus kewalahan menarik. Kemudian tanganku berpegang pada pundak Bobby, lumayan lebih baik, tapi lama-kelamaan sakit juga pundaknya Bobby, hehe. Akhirnya Bobby mencoba untuk mendorong footstep motorku dengan kakinya, dan ternyata ini adalah cara yang paling efektif! Trial and error berlaku malam itu, hehe.

Sampe dikontrakan, ganti baju dulu, sholat dulu, akhirnya saya dan Item berangka ke Malang pakai motornya Bobby. Jam 01.30! Berangkaaaaatt!!! Lapaaaarr!! Tapi tidak ada makanan yang menggugah selera. Surabaya, Waru, Sidoarjo, Porong masih saja belum makan. Akhirnya kita tak kuasa untuk berhenti di KFC Taman Dayu. Mata saya merah pas berkaca di wastafel. Setelah melapah paket komplit, kita melanjutkan perjalanan yang semakin dingin itu. Dan akhirnya tiba di Malang jam 03.30.

Sampek di kos, nambah kasur di ruang depan tv hingga mengganti sprei di kamar atas. Tak lama kemudian terdengar suara mesin menderu mendekat (dramatis gak? hehe). Yiaayyyy, mereka datang! Ya! Itu beneran Cholil, itu Zeke yang tadi membuat saya terbengong, itu Omo yang gila di panggung! Mereka terlihat sangat capek dan langsung menjatuhkan badan begitu menemukan kasur, hehehe. Saya berjaga, menunggu jika-jika mereka masih membutuhkan sesuatu, dan ketika mereka semua sudah tidur, saya iri untuk juga terlelap.

Bangun jam setengah 8, saya sempatkan untuk memenuhi janji lain, menonton teman-teman saya main futsal Accounting League. Balik ke kos jam 9, coffe morning! "teman-teman" sudah bangun, menikmati udara pagi kota Malang. Mereka ramah. Sama Cholil dan Omo dibercandain, kalo mereka semua bakal meluangkan waktu masing-masing 5 menit, untuk memberi jatah Dead in Deadline maen, hahaha (sayang Vigna sama Tea lagi di Kediri).

Akhirnya jam 1 mereka harus check in ke hotel. Biar cuma tempat transit, tapi kami seneng banget. Saatnya bersih-bersih lagi dan kembali tidur, hehe. Dua orang yang bekerja keras menyiapkan kos, yaitu Tika dan Komang. Komang tanya ke saya, "Padahal awalnya kita sangat excited dengan kedatangan ERK, dkk. tapi pas mereka udah ada di sini kok rasanya biasa saja ya?" Trus saya jawab, "Biasa saja gimana? Kan kita udah dengan senang hati kerja keras bersihin, nyiapin kamar, nyiapin rumah buat mereka. Dengan senang hati ngobrol-ngobrol tentang Malang. Itu kan namanya juga excitement." Yeah, kami sangat bergembira telah disinggahi band-band indie yang sangat hebat!

Bangun tidur, sore, mandi sholat, makan, dan siap untuk bergembira lagi! Di Flame kita datang jan 6.30. Pas datang kita malah dikasih tiket gratisan,padahal sebelumnya kami sudah beli tiket. Namun memang niatnya kami bakalan beli tiket walaupun dapat gratisan. Kami ingin mengapresiasi musik bagus!

Masuk venue, melihat band-band pembuka yang tak kalah hebatnya dengan band Jangan Marah Records. Satu band saya baru pertama kali melihat adalah Bem's and His Crimsons Diary. Saya memutuskan unuk menyukainya. Namun ada tragedi yang menimpa salah satu personilnya, Tria sang drummer meninggal dunia sesaat setelah manggung dikarenakan serangan jantung. Shocking! Kabar itu diberitakan di sela-sela perform The Kucruts. Saya yang awalnya berdansa karena kegilaan The Kucruts, hanya diam tak percaya pada lagu terakhirnya. My Beauiful Life memainkan Sepasang dengan sangat emosional. Norman (sang vokalis) berkali-kali memejamkan mata sedih dalam lirik "Ada satu yang hilang..."

Bangku Taman terhenyak dengan kenyataan bahwa Malang sing along di hampir semua lagu yang dinyanyikannya. Seperti biasa, Ode Buat Kota menjadi lagu terakhir yang sangat pas untuk menutup perform dengan senyum bangga. Lolyta And The Disgusting Trouble tampil sangat prima dengan mengundang crowd yang panas di tengah dinginnya AC. Zeke Khaseli kembali membawa saya ke Planet Pluto. Otak saya masih saja belum sampai setelah dua kali menonton. Saya tau dia nyentrik, tapi saya yakin dia lebih dari itu. Ada sesuatu yang saya belum dapatkan. Saya masih akan terus berusaha. The Morning After kembali membuat sing along penonton yang hadir. Pemanasan yang sangat cocok untuk ber-sing along-ria bersama ERK.

Saatnya ERK, saya tidak tau mau berkomentar apa, mereka sangat sempurna! Sound yang dahsyat memanjakan telinga kita. Sing along untuk semua lagu. "Apa gak ada yang suka nonton tv nih, kok pada hapal semua?" kata Cholil heran becampur gembira. Sesaat sebelum lagu terakhir, Cholil memberikan kredit untuk semua punggawa yang berjasa dalam tour ini. Salah satunya, "TERIMA KASIH UNTUK KOS-KOSANNYA DEAD IN DEADLINE YANG JADI TEMPAT NUMPANG KITA PAGI TADI.."

Wow! Dead in Deadline disebut sama vokalisnya Efek rumah Kaca!!!! hahahahahaha

Kami tidak mengharapkan apa-apa, kami senang membantu, dan kredit itu lebih dari cukup. Sebelum pulang, temen-temen kos ngasih oleh-oleh kripik apel buat temen-temen Jangan Marah Records. Malam yang hebat! (minus berita duka)

Malam yang menyita esok hari. Karena besoknya saya bolos kerja, hehe.
Saya punya skala prioritas! :D

Senin, 10 Mei 2010

Si Usang

Alkisah seorang Usang. Usang karena tertinggal jaman. Dibilang kuper karena tidak mengenal dunia malam. Bukan laki-laki karena tidak merokok sehabis makan. Tidak punya saudara, karena saudara adalah saudara sebotol. Tidak punya teman mengobrol, karena teman mengobrol menggunakan Blackberry Messenger. Tidak ikut-ikutan berlomba-lomba menebar pesona dan harta untuk mendapatkan pengakuan.

Si Usang ada di sana. Si Usang selalu ada di sana. Tetapi tidak ada yang memperhatikan dia. Dia ingin menyapa karena dia kenal kehebatan orang-orang itu. Dia tidak bisa menyapa karena tidak ada yang mengenalinya. Dia hanya selalu berada di belakang dan memperhatikan. Memperhatikan semua orang. Keahlian mereka, kelebihan mereka, kekurangan mereka, bagaimana mereka berbusana, tingkah laku mereka. Dia mengenal mereka lebih dari yang mereka tahu. Dia mengenal mereka. Namun hanya disimpan saja.

Dia kadang maju ke depan. Memberi apresiasi lebih dari yang dikenal mereka. Apresiasi, ya apresiasi yang hanya bisa dia berikan. Dia hanya memberikan yang memang pantas dia berikan. Bagus ya dibilang bagus, tersenyum, gembira, terhibur, tepuk tangan, ekspresi kepuasan. Jelek? Dia tidak mau membohongi diri. Dia bilang tidak suka, namun dia berusaha untuk memahami. Dia percaya dengan begitu dia akan bertambah “kaya”.

Si Usang tidak berkecil hati dengan keadaannya sekarang. Ketika dia bukan siapa-siapa, dia memiliki kesempatan belajar yang lebih banyak daripada orang lain. Dia bebas berekspresi tanpa takut diperhatikan orang. Dia selalu menganalisis. Dia selalu belajar. Menambah wawasan, menambah pengalaman, mengumpulkan modal. Dunia ini terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Si Usang juga berlaku baik pada semua orang. Si Usang suka membantu. Dia sering membantu temannya menyelesaikan masalah, setidaknya dia berperan menemani dalam menghadapi masalah. Dia selalu berpesan untuk jangan pernah menyesal terhadap suatu hal. ”Hidup ini terlalu indah untuk sekedar menyesal, sekecil apapun hal itu pasti ada hikmahnya, percayalah pasti akan berguna, setidaknya menambah pengalaman hidupmu kelak,” kata Si Usang sembari tersenyum. Dia mengangkat temannya yang jatuh dan untuk kembali berlari lagi.

Namun Si Usang tetaplah manusia. Setiap manusia memiliki batas. Ada suatu saat dia menjadi benar-benar usang. Tergeletak tidak berguna begitu saja. Si Usang tidak bisa berjalan menunggu seseorang memapahnya. Teman-temannya sudah jauh berlari. Itu memang salahnya, ikut mengangkat tubuh temannya namun melupakan tubuhnya sendiri. Kini ketika tubuhnya terasa berat, mereka sudah lari. Tunggu! Bukankah sudah ada teknologi telepon, SMS, MMS, email, messenger, social network, bla..bla..bla…? Jadi bisa menjangkau mereka yang jauh. Yahh, itulah kelemahan teknologi, mereka tidak memiliki kepekaan.

Si Usang tidak bosan melakukan dan terus melakukan. Apapun itu, yang Si Usang ingin lakukan. Tidak mengharapkan akibat sekarang. Hanya terus saja melakukan. Nanti akan ada saatnya berakibat.

Minggu, 02 Mei 2010

nothing for everything

Seorang anak bangsa yang sadar bukanlah siapa-siapa jika dihadapkan pada tembok masyarakat yang bebal. Sebentar, saya akan menjelaskan apa itu sadar: mengerti apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan, setidaknya hal itu baik untuk kelangsungan bangsa. Mulai dari hal yang paling sepele pun.

Saya mulai bingung mendefinisikan, hehe. Begini saja, satu contoh kecil. Seorang mahasiswa yang sadar. Apakah dia bisa konsisten dalam melakukan kesadarannya dimanapun dia berada? Saya tebak: tidak selalu! Jika ada sampah tergeletak berserakan di lantai kampus, hati kecilnya berkata, "Ambil sampah itu dan membuang di tempat sampah."
Namun dia akan berpikir dua kali untuk melakukan apa kata hati kecilnya itu. Kenapa? Karena benturan tembok masyarakat yang bebal (itu). Karena masyarakat (kampus) terbiasa dengan sampah yang tergeletak berserakan seperti itu, maka akan menjadi pemandangan yang tabu (tidak biasa) jika kita "sok" untuk mengambil dan membuang sampah itu.

Percayalah! Sebenarnya masih banyak orang yang sadar di negara ini. Tapi kita masih "sungkan" untuk menunjukkan kesadaran kita. Jangankan untuk mengajak berubah, menunjukkan ke-"berubah"an diri kita saja, masih terbentur dengan kenyamanan mayoritas masyarakat yang tidak (belum) sadar.

Tapi saya yakin, suatu hari akan terjadi kesadaran di negara ini. Setidaknya saya akan berusaha untuk itu. :)

Sabtu, 24 April 2010

Akhirnya DID Tercantum di Pamflet Gigs




HURU HARA AKHIR PEKAN!!!

KOALISI NADA #2
sebuah persembahan dari SINGLE FIGHTER bersama VOLLMOND & BALE STEAK

sebuah instalasi mini untuk terus bergairahnya musik indie

mari berapresiasi dan mari berdiskusi...

>>> Repost dari facebooknya Hilmi :)

Akhirnya Dead in Deadline maen juga selain bulan puasa. hehe.. Iya, memang, selama ini Dead in Deadline cuma maen (manggung atau gigs atau apalah..) pas bulan puasa aja, semacam acara ngabuburit gitulah. Pernah sih maen kemaren Desember, tapi bukan dalam kemasan full band, cuma akustikan minimalis saja. Yah..begitulah... Kita mulai sekitar tahun 2007 dan hanya maen tiga kali!!!

Well, Dead in Deadline merupakan band yang berlatar belakang teman teman (ada yang lebih dari sekedar teman gak?) sekos. Yaitu saya, Hilmi, Tea, Vigna, Ersa plus Komang sekarang. Semua kecuali Ersa adalah mahasiswa angkatan 2006. Kumpulan mahasiswa culun yang (sok) idealis dengan hobi menertawakan, mengimajinasikan, mengkutuk, semua hal. Mulai dari (terutama) televisi, berita di koran, gosip di majalah hingga masa depan. Tahun pertama kuliah cuma ngobrol, kumpul-kumpul, futsal, nonton bola, dengerin musik, ngegame, berkhayal, dan berbagai macam hal tidak penting lainnya. Hari-hari dilalui dengan ceria tanpa dosa. Tidak ada terlintas satu pun pikiran: bikin band!

Nah, tahun kedua (2007) ada satu penghuni baru: Ersa. Kesan pertama, anaknya culun, pendiam, dan membosankan. Hari-hari pertama dia selalu mengurung diri di kamar. Seiring berjalannya waktu, mulai kenal dan mengkorek informasi. Ternyata Ersa vokalis band!!! Band pop yang bernama A6 (baca: Asix, jangan Anam!). Dia juga salah satu personel home bandnya SMAN 1 Kediri. Dia pernah les vokal dengan saudara saya. Dia pernah memenangkan suatu kuis di radio dengan menyanyi salah satu jinggle sebuah produk kopi (kalau gak salah), dan mamanya juga menang. Pokonya dia punya latar belakang musik.

Pada saat yang sama Hilmi yang sudah puas dengan musik-musik indie Jakarta, mulai menggandrungi scene indie Malang, yang saat itu masih sebatas ngerti Brigade 07, Toxictoast da SATCF. Dan pada saat yang sama juga, ternyata Vigna punya teman-teman yang bergelut di scene musik punk Malang. Setiap hari soundtrack di kos adalah punk Malang! Sampai pada suatu saat kita nonton acara konser musik punk di JE Cafe. Dan distulah secara resmi kita mulai merasakan atmosfer punk Malang. Dan kita pun terhanyut dalam suasana distorsi yang mengajak berdansa pogo! Pogo untuk pertama kalinya, belum mengerti selah-selah berdansa, hanya asal memutar badan dan tidak tahu gestur untuk melindungi badan. Kaget, terdorong-dorong, terpukul-pukul, dan melepaskan beban! dan kami akan menentikan acara-acara berikutnya.

Pada suatu hari, seperti biasa berkumpul, bercanda tertawa ria, dan ada seorang yang menceletuk (saya lupa siapa), "nang studio yuk!"
Kebetulan di dekat kos kami ada studio musik Grand Sound Studio. Akhirnya kita berangkat, kurang lebih delapan anak. Memasuki studio yang hanya berukuran sekitar 4m x 5m, ruangan terasa begitu sempit. Dan kita bengong... Siapa yang pegang apa, pegang apa mau diapain, lagu apa, kenapa kita di sini? hehe.. Dian (jenggot) mengaku pernah les drum, maka dia ambil posisi di belakang drum. Virgi yang pertama kali bawa gitar ke kos pegang gitar. Irfan (kepek) juga mengaku bisa gitar. Tea sudah teruji bisa gitar. Vigna bisa gitar juga. Ersa, yang saya tahu cuma bisa gitar. Saya sedikit sekali bisa gitar. Dan Hilmi tidak bisa pegang instrumen, baiklah, penyanyi. Alat yang tersedia cuma gitar dua, bas satu, keyboard (yang gak bisa nyalainnya) satu. Pengalaman pertama di studio sangat kacau.

Entah bagaimana ceritanya kita jadi keseringan maen (ngeband) ke studio. Dan pada suatu ketika ternyata Ersa bisa ngedrum! Padahal itu adalah koponen utama dalam ngeband, kalo gak ada yang bisa ngedrum trus mau apa? keroncongan? elktonan? hehehe.. Dan jadilah Ersa sebagai drumer. Hingga akhirnya tinggal lima orang di studio. Ersa ternyata drumer yang hebat, penuh inovasi dan kerasi dalam mengatur kita-kita yang tidak tau cara bermusik ini. Tea pegang gitar, sudah tidak perlu diragukan lagi. Vigna yang akhirnya ngalah sama aku untuk tidak bermain gitar, untuk pertama kalinya pegang bas. Dan ternyata dia cepat belajar, salute! Hilmi? Nyanyi aja kaleee.. Mau pegang apa coba? hehe.. Namun dia memiliki karakter vokal yang unik. Yang saya bilang bisa cocok untuk genre apa saja tanpa merubah cara bernyanyinya. Tidak perlu mendayu untuk melodic punk, tidak usah memperhalus untuk pop, dan tidak kesulitan untuk berteriak serak. Dan terakhir saya, karena mereka kasihan, diajari gitar. hehe.. So here we are, What We Kill for Dinner! Ha???!! Apa itu? Iya, itu adalah nama awal band kita. Dulu "dead in deadline" hanyalah tag line kita, suatu gaya hidup kita, dalam kuliah (tugas), contohnya. Hari-hari awal tenggang waktu tugas tak sekalipun kepikiran tugas. Tapi ketika besok sudah waktunya deadline, di situlah kita mempunyai nafsu untuk mengerjakan. Di mana kita mengeksplorasi maksimal suatu hal jika akan mendekati deadline. Dan akhirnya diputuskan nama Dead in Deadline sebagai nama band kami karena lebih merepresentasikan pola hidup kami :)

Lagu-lagu yang kita buat latihan awal-awal dulu adalah Letters to You-nya Finch, Burried My Self Alive, Taste of Ink-nya The used, Dear God-nya A7X, dan Hilang-nya SATCF. Masih itu-itu saja, soalnya terhalang keterbatasan saya dalam bermain gitar, hehe. Saya hanya bisa kunci-kunci standar (belum bisa kunci "berdiri") yang bila untuk ukuran band masih sangat belum layak, hehe. Tapi lama kelamaan, akhirnya juga bisa, tapi ya gitu, masih sangat minim.

Hingga suatu hari, Hilmi pulang dari kampus dengan berdendang, "Always says the same. Always act the same. Just to be the same. Just to be the same!" Dan memeberi tahu saya, bahwa ini akan menjadi lirik lagu pertama kita. WOW!!! Judulnya In Between Scream and The Same. Sebuah lagu yang bercerita tentang jeritan terhadap keberagaman. Keberagaman? Ah, apalah itu saya sudah bosan menghujat.

Kebingungan terjadi ketika akan membuat lagu. Genre apa yang kita usung? Hilmi lebih condong untuk melakukan scream dengan emo, tapi vigna bersikukuh ke punk. Tea dan Ersa mah tidak terlalu mempedulikannya, toh mereka tidak akan kesulitan dengan aliran apa kita bermain. Dan saya? Saya sebenarnya tidak tahu dan bingung...

Pada saat itu di kos ada Deni, seorang yang lebih berpengalaman dalam bidang ini. Pemain band juga lebih tau (atau tua?) dalam scene punk Malang. Dia yang awalnya membuatkan nada dan kunci untuk bagian reff lagu In Between. Ternyata cukup mengasikkan, dapat diterima, dan dipakai. Dan genre yang kami pilih akhirnya adalah punk (pada awalnya). Vigna menang! Selanjutnya kami bersama-sama membuat lagunya. Jadilah lagu pertama :D

Masa-masa yang indah.... (speechless dan berkaca-kaca.....) Untuk saya, mereka sangat mengisi masa muda saya. Dan kita semua tahu bahwa masa muda adalah masa yang paling berkesan, tidak mungkin kita sia-siakan, konstruksi sudut pandang, mengenal dunia, dan pijakan ke masa depan. Terima kasih!





NB: Awalnya saya hanya mau sekedar promosi, eh, malah keterusan hehehehe. Sepertinya tulisan ini adalah awal untuk cerita-cerita culun Dead in Deadline selanjutnya..