Baiklah, sekarang...apakah saya telah berbuat benar? Atau malah menyalakan api dalam sekam? Satu pikiran yang selalu saya hindari: mereka tidak "sampai" dengan maksud saya. Ayolah, kita sudah sama-sama dewasa. Saling memahami sudah mulai penting bagi kita, setidaknya kita belajar bersama-sama lah. Sudah bukan waktunya represif, saya yakin kalian juga tidak suka di-represif-in. Mungkin sekarang kita sedang mayoritas, bukan berarti kita lebih kuat. Kalo seperti itu kita sama saja dengan apa yang kita apathisi sehari-hari.
Teman saya kemarin membuat status, "Kalo kita dengerin musik yg kuas dan beragam, seharusnya kita juga bisa nerima sifat orang yg beragam pula." Begitulah! Luas saja, tidak memihak.
Saya sih percaya hukum timbal balik. Mereka akan baik kalo saya baik. Mereka akan apatis kalo kita juga acuh. Saya dibikin sakit karena saya pernah bikin seseorang sakit. Saya kecewa dan saya berpikir bahwa saya pasti juga pernah membuat kecewa. Yah, apalah. Jadi saya tidak harus menghakimi. Saya tidak harus tersinggung spontan: berpikir! berpikir! berpikir! jernih! jernih! jernih! dan all iz well :D
Ah, bagaimana kalo sekali-sekali tidak langsung mengkontra apa yang tidak sejalan dengan kita? Simpan energi untuk melawan dulu, diganti energi untuk belajar. Diikuti saja dulu, dipahami, diterima baru disinkronasi. Toleransi, kata Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dulu pas SD, hehehe.
Mari belajar bersama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar