Selasa, 27 Maret 2012

Mblok, Selamat Ulang Tahun!

Short Message Service, 27 Maret 2012, 9:12 am - 11:51 am

A: Mblok, selamat ulang tahun. Ndang rabi! Ngenteni opo maneh?

T: Iyo, insya cpt2.. Matur Nuwun Sobat.. Kapan dolane? Ak mbok abandon tenan iki..

A: Hahaha.. Easy man. Long weekend 6-8 april ga muleh jogja? Lak muleh, tak parani wes..

T: Ora persiapan pindah bung :D

A: Wah, yo'i bgt!! Selamat! Btw, melu demo we?

T: Ya jelas nggalah, I'm capitalist educated fool who believes in subsidies lead to inefficiencies. Kau?

A: Hahaha I dont care. Cuma orang bodoh yang suka protes.

T: Sebenernya, ak lbh mengambil stance enviromental conservation, we have to learn to manage a scarce resource better, hanya itu saja dan harus d budayakan.

A: Yap! Itu solusi. Mengikuti pembahasan pengelolaan minyak dan gas di ind, memang blm bijak. Blm lg masalah menjamurnya kend mtr. Sikapku, udh lama aku g duwe mtr.

A: Jd kapan kita pesta lajang? Pengen koyok the hangeover :p

T: Hahaha tak tau saya.... We'll find the time hahaha

A: Ndang selak aku mlebu kerjo.. Aku wes entuk offers :D

T: When you wear that shirt I got you 2 years ago, that's when we'll have fun. Yes, 2 years ago. :D

A: Hahaha dasar wong tuwek! Happy 24 again then.

T: Thank you!

Kamis, 15 Maret 2012

Sama Bodohnya

Saya sering tak habis pikir dengan kebodohan media, baik koran maupun televisi, atau apapun, yang menggunakan kata "ANARKIS" untuk mengidentikkan dengan kekerasan. Hal ini tentu saja suatu pembodohan publik dan membuat masyarakat (yang mau dibodohi) semakin antipati dengan kata anarkis. Padahal jika kita mau sedikit berusaha dengan mencari di mesin pencari yang tersedia di internet, google misalnya, kita bisa mencari apa itu definisi anarki yang sebenarnya, dan menjadi sedikit tidak bodoh.

Itu semua adalah efek dari media massa yang tidak bisa kita pungkiri telah berperan besar menggiring opini publik.

Hingga, saya akhirnya menyadari bahwa saya juga telah menjadi salah satu korbannya. Yaitu kata "KAPITALISME". Sebagian orang memandang negatif kata ini, termasuk saya tadinya. Kapitalisme dianggap sebagai simbol keserakahan para pemilik modal demi mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan demi mencapai tujuannya tidak jamak menghalalkan segala cara, semacam korupsi atau suap-menyuap. Dan memang, memang terjadi seperti itu.

Akan tetapi itu bukanlah tujuan awal kapitalisme. Arti kapitalisme sesuai dengan definisi dasar Oxford yang saya kiutip dari blognya pandji adalah "Sistem ekonomi berbasis kompetisi dimana produksi, distribusi, dan perdagangan dimiliki secara individual dan/atau perusahaan." Kapitalisme lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem terdahulu dimana semua dimiliki oleh kerajaan (monarki). Kapitalisme adalah pembebasan dan wujud dari demokrasi bahwa setiap individu berhak mendapatkan sesuai apa yang dikerjakannya. Jika saja saat ini kapitalisme menjadi begitu buruknya, itu adalah ulah manusia sendiri yang memaknai kebebasan dengan terlalu bebas.

Dan media sukses membodohi kita semua.

Rabu, 07 Maret 2012

Fail!

Kemarin Minggu saya lagi di Kediri, kampung halaman saya. Nah, kebetulan sekali hari itu di gang jalan rumah saya sedang ada jadwal kunjungan Walikota Kediri, Pak Samsul Ashar.

Meriah sekali. Diawal rombongan ada pertunjukan jaranan (kuda lumping) yang berperan menjadi voorijder pengawal sekaligus menjadi woro-woro bahwa orang besar akan lewat. Rombongan itu terlihat banyak sekali, sekitar 50 orang. Padahal yang berkepentingan hanya 1 orang saja, Pak Wali. Yang lain hanya mengekor.

Saya tidak begitu paham apa programnya, tapi di situ Pak Wali meninjau bagaimana kondisi rumah, sepertinya tentang kebersihannya dan implementasi bagaimana seharusnya rumah sehat itu, mengingat Pak Wali berlatar belakang seorang dokter. Jalan-jalan trus kalo pas lihat ada tumbuhan yang rimbun di halaman rumah, dihampiri, dipuji, dan dikasih uang 50 ribu rupiah.

"Pak Wali yang peduli rakyatnya."

Sehari sebelumnya, warga diminta untuk kerja bakti memperindah jalan. Sehari sebelumnya warga diminta untuk memasang umbul-umbul. Untuk apa semua itu? Biar terlihat bersih, rapi, indah saat kedatangan Pak Wali.

Palsu!

Gini, kunjungan kepala daerah ke lapangan itu salah satunya juga untuk meninjau dan mengevaluasi. Satu contoh adalah kebersihan. Jika pada kenyataannya ada masalah kebersihan, masalah pembuangan sampah misalnya. Namun ketika kunjungan, kepala daerah tidak menemukan suatu masalah di situ, maka program perbaikan tidak akan dilakukan.

Kini kita generalisasi ke tingkat yang lebih luas, negara. Seperti yang kita ketahui jika ada kunjungan kenegaraan oleh presiden ataupun kunjungan anggota DPR, daerah tersebut akan mempersiapkan diri sedemikian rupa. Merapikan, memperindah, mempercantik, ahh apapun itu memoles diri dan menggunakan topeng. Dan apa yang presiden atau anggota DPR lihat seringkali bukanlah apa yang terjadi sebenarnya. Mereka tidak akan merasa ketidaknyamanan seperti yang kita rasakan. Karena ulah kita sendiri. Atau mungkin karena ulah kita yang tidak ingin dilabeli gagal.

Apa guna kita berteriak akan pemberantasan korupsi, namun jika ada pemeriksaan semua sudah tertutup rapi?

Mungkin saja bukan kita yang salah. Tetapi birokrat kolot yang masih berazas "Asal Bapak Senang".