Seorang anak bangsa yang sadar bukanlah siapa-siapa jika dihadapkan pada tembok masyarakat yang bebal. Sebentar, saya akan menjelaskan apa itu sadar: mengerti apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan, setidaknya hal itu baik untuk kelangsungan bangsa. Mulai dari hal yang paling sepele pun.
Saya mulai bingung mendefinisikan, hehe. Begini saja, satu contoh kecil. Seorang mahasiswa yang sadar. Apakah dia bisa konsisten dalam melakukan kesadarannya dimanapun dia berada? Saya tebak: tidak selalu! Jika ada sampah tergeletak berserakan di lantai kampus, hati kecilnya berkata, "Ambil sampah itu dan membuang di tempat sampah."
Namun dia akan berpikir dua kali untuk melakukan apa kata hati kecilnya itu. Kenapa? Karena benturan tembok masyarakat yang bebal (itu). Karena masyarakat (kampus) terbiasa dengan sampah yang tergeletak berserakan seperti itu, maka akan menjadi pemandangan yang tabu (tidak biasa) jika kita "sok" untuk mengambil dan membuang sampah itu.
Percayalah! Sebenarnya masih banyak orang yang sadar di negara ini. Tapi kita masih "sungkan" untuk menunjukkan kesadaran kita. Jangankan untuk mengajak berubah, menunjukkan ke-"berubah"an diri kita saja, masih terbentur dengan kenyamanan mayoritas masyarakat yang tidak (belum) sadar.
Tapi saya yakin, suatu hari akan terjadi kesadaran di negara ini. Setidaknya saya akan berusaha untuk itu. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar