Rabu, 01 Juni 2011

Rokok Pembangunan



Saya ingin menuliskan apa yang saya twit kemarin sehubungan dengan hari tanpa tembakau sedunia yang jatuh kemarin.

Mengingat hari tanpa tembakau sedunia, ada joke yang beredar di masyarakat Kediri tentang merokok. Ketika kita meminta seseorang untuk berhenti merokok, mereka akan menjawab, "Kalau gak ada ini (rokok), Kediri gak bisa maju." Rokok yang dimaksud tentu saja adalah rokok produk dari Gudang Garam. Seperti yang kita ketahui, Gudang Garam adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang berpusat di Kediri.

Dari jawaban itu bisa kita simpulkan bahwa masyarakat Kediri beranggapan bahwa pembangunan Kota Kediri sangat bergantung pada pabrik Gudang Garam itu.

Kemudian salah satu teman saya me-reply twit saya, "Kalo gak ada ini (rokok) eyke makan opo bok?" Nah lo! Tambah lagi ketergantungan masyarakat Kediri kepada Gudang Garam: lapangan pekerjaan.


Oleh karena itu, masyarakat Kediri seperti memiliki tanggung jawab tidak langsung untuk terus melestarikan (mengkonsumsi) produk Gudang Garam. Hehehe.

Entah itu hanya alasan atau pembenaran masyarakat Kediri untuk tetap merokok, tapi lelucon ini sangat menggelikan. Karena di sini kita mengesampingkan peran Pemerintah Kota Kediri dalam pembangunan Kota Kediri, hanya bergantung pada Gudang Garam.

Ehm, ngomong-ngomong tentang pembangunan oleh pabrik rokok, ternyata hal ini juga berlaku di tingkat negara. Setelah membaca opini di Jawa Pos kemarin, ternyata cukai perusahaan rokok se-Indonesia yang mencapai 44 triliun rupiah merupakan sumber pendapatan negara dalam APBN!!! Dan kabarnya sekitar 1 triliun dikucurkan ke pemda yang memiliki pabrik rokok. Itulah alasan mengapa pemda masih menghamba pada pabrik rokok.

Bukankah itu wajar? Di sini letak ketidaktahuan kita. Seharusnya 70% dari cukai tersebut digunakan untuk usaha-usaha pengurangan rokok, seperti kampanye anti rokok, asuransi kesehatan, penyuluhan dan lain-lain. Namun yang terjadi Indonesia adalah sebaliknya, bukannya berusaha mengurangi rokok, tapi seakan-akan malah menggenjot jumlah produksi rokok. Hal ini dapat diketahui dari jumlah produksi rokok yang semakin meningkat tiap tahunnya.

Selain itu, perusahaan rokok juga diberi panggung di Indonesia. Panggung untuk menjadi sponsir di event-event berskala nasional. Mulai dari event musik sampai event olahraga.

Apa usaha pemerintah? Berapa tempat bebas asap rokok di Indonesia ini???

Apakah kita sudah kembali ke jaman buta aksara karena tidak bisa membaca ancaman kesehatan pada bungkus rokok?

Apa karena ulama kita menjadi "sekuler" terhadap rokok?

Ahh, sudahlah, setidaknya hormati kami yang tidak merokok, seperti kami menghormati Anda yang merokok :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar