Rabu, 08 Juni 2011

Toko Kerja Perbankan Syariah


Ayah saya kebetulan menjadi panitia Workshop Perbankan Syariah di Pasuruan. Kebetulan lagi, skripsi saya juga tentang perbankan syariah. Karena kebetulan-kebetulan itu, saya diajak untuk menjadi peserta, yang tentu saja tak diundang. Entah, tapi mungkin ini adalah pertama kali saya berada dalam posisi pelaku nepotisme. Tapi untuk menepis rasa bersalahnya, saya menganggap ini adalah peluang untuk menambah ilmu. Toh, saya juga tidak melanggar aturan. Toh, di spanduk acaranya juga ada tulisan “…untuk stakeholder perbankan syariah.” Nah, saya sebagai mahasiswa yang sedang mempelajari perbankan syariah juga merupakan stakeholder kan? 

Oke, acara ini bertajuk “Workshop Perbankan Syariah Untuk Ulama”. Sasarannya jelas, ulama. Jadi ini semacam akselerasi sosialisasi untuk meningkatkan nasabah perbankan syariah. Sama-sama kita tahu, budaya di pesantren di mana para santrinya sangat patuh pada kyai-nya, maka mengedukasi kyai-kyai tentang pentingnya perbankan syariah merupakan langkah yang sangat tepat.

Undangan disebar ke pesantren-pesantren se-Pasuruan dan sekitarnya. Sudah jelas pula bagaimana wardrobe para ulama dan kyai peserta workshop: peci, baju koko, sarung, dan sandal. Kebanyakan dari mereka berjenggot. Mereka saling bersalaman, yang muda mencium tangan yang tua. Dan perbincangan di antara mereka sarat dengan istilah-istilah arab.

Acara yang berlangsung dua hari (1 Juni-2 Juni) ini dibuka oleh Bapak Mulya Siregar, Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. Pada sesi pertama yang berlaku sebagai pembicara dalah Pak Buchori dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Bagian Pengembangan. Beliau memperkenalkan perbankan syariah pada para ulama. Yaitu seputar kebijakan pengembangan perbankan syariah yang berisi tentang potensi hingga rencana pengembangan yang meliputi service, infrastruktur, dll.

Setelah pemaparan dipersilakan para peserta (ulama) untuk mengajukan pertanyaan. Dari beberapa yang diajukan tampak para ulama masih belum paham akan posisi bank syariah sebagai bank Islam. Mereka kebanyakan masih menanyakan tentang layanan, kemudahan, dan juga akses. Selain itu, ternyata ada beberapa yang masih beropini bahwa bank syariah tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan bank konvensional. Ada juga yang menyangsikan kesyariahan bank syariah.

Pembicara sesi kedua adalah Pak Arie Mooduto, seorang pakar ekonomi Islam. Dalam paparannya beliau menegaskan pentingnya bank syariah dilihat dari fungsi sebagai bank Islam. Bagi umat Muslim yang penting syariah, tidak peduli bagaimana servicenya. Toh, service dari bank syariah akan terus diperbaiki. Untuk lebih meyakinkan audience, Pak Arie mengajak untuk melihat dari sudut pandang ekonomi Islam yang adil, dan oleh dunia barat mulai disebut-sebut sebagai solusi perekonomian dunia.

Tak lupa beliau menyinggung senjata utama bank syariah dalam melawan bank konvensional, yaitu riba. Sudah menjadi isu lama bahwa bunga bank (konvensional) termasuk riba yang berarti haram. Riba (bunga) menjadi pondasi system ekonomi konvensional. Kapitalisme membuatnya menjadi semakin rakus. Nah, ekonomi Islam adalah solusi untuk melawan kerakusan itu. Namun, umat Islam masa kini sudah tidak lagi mempedulikan itu. Sekuler?

Pak Arie Mooduto juga memberikan cerita tentang pentingnya menegur dan mengingatkan kebenaran. Oleh karena itu, para peserta workshop yang para ulama itu yang notabene adalah pemegang teguh syariat Islam diharapkan mau peduli dan menyebarkan tentang perbankan syariah ini.

Hari kedua, materi diberikan oleh Pak Cecep. Dalam pembahasan kali ini, Pak Cecep lebih menekankan pada soal teknis dan produk-produk perbankan syariah. Relatif mudah tentunya mengajarkan produk-produk yang berbahasa Arab itu pada oara ulama. Setelah itu untuk lebih mendalami dalam prakteknya, beliau memberikan semacam studi kasus untuk dianalisis.
Well, untuk hari kedua saya tidak melanjutkan hingga selesai karena suatu alasan harus kembali ke Malang.

Secara keseluruhan saya mencermati penataan paparan yang disampaikan telah disusun dengan baik. Sebagai pemanasan (sesi pertama) adalah pengenalan perbankan syariah secara sekilas dan dengan respon banyak sangkalan. Nah, intinya ada pada sesi kedua ini, yaitu pemupukan pondasi betapa bagusnya ekonomi Islam sebagai solusi perekonomian dunia. Di sini peserta dibuat memahami untuk tidak lagi mementingkan untung-rugi, yang penting amanah dan sesuai syariat Islam. Bank Syariah adalah salah satu produk dari ekonomi Islam tersebut, jadi bagaimanapun untuk urusan bank sebisa mungkin kita memilih bank syariah. Penyampaian yang enak, pendekatan yang bagus pada para ulama membuat Pak Arie Mooduto dapat memiliki hati peserta. Sehingga Pak Cecep apada sesi pengenalan produk bank syariah tidak kesulitan menjelaskan karena pondasi tersebut sudah terbentuk.

Yahh, semoga workshop ini akan berhasil dengan semakin banyaknya nasabah bank syariah di Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya. Semoga para ulama mendapat pemahaman tentang bank syariah ini dan menularkan pada santri-santrinya untuk menjadi nasabah bank syariah.
Karena memang ekonomi Islamlah yang dapat menyelamatkan kerakusan kapitalisme dunia ini. Karena memang bank syariah merupakan bank yang bersih jauh dari riba dan memihak pada usaha kecil. Karena memang bank syariah memiliki potensi yang luar biasa di Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar