Rabu, 07 Maret 2012

Fail!

Kemarin Minggu saya lagi di Kediri, kampung halaman saya. Nah, kebetulan sekali hari itu di gang jalan rumah saya sedang ada jadwal kunjungan Walikota Kediri, Pak Samsul Ashar.

Meriah sekali. Diawal rombongan ada pertunjukan jaranan (kuda lumping) yang berperan menjadi voorijder pengawal sekaligus menjadi woro-woro bahwa orang besar akan lewat. Rombongan itu terlihat banyak sekali, sekitar 50 orang. Padahal yang berkepentingan hanya 1 orang saja, Pak Wali. Yang lain hanya mengekor.

Saya tidak begitu paham apa programnya, tapi di situ Pak Wali meninjau bagaimana kondisi rumah, sepertinya tentang kebersihannya dan implementasi bagaimana seharusnya rumah sehat itu, mengingat Pak Wali berlatar belakang seorang dokter. Jalan-jalan trus kalo pas lihat ada tumbuhan yang rimbun di halaman rumah, dihampiri, dipuji, dan dikasih uang 50 ribu rupiah.

"Pak Wali yang peduli rakyatnya."

Sehari sebelumnya, warga diminta untuk kerja bakti memperindah jalan. Sehari sebelumnya warga diminta untuk memasang umbul-umbul. Untuk apa semua itu? Biar terlihat bersih, rapi, indah saat kedatangan Pak Wali.

Palsu!

Gini, kunjungan kepala daerah ke lapangan itu salah satunya juga untuk meninjau dan mengevaluasi. Satu contoh adalah kebersihan. Jika pada kenyataannya ada masalah kebersihan, masalah pembuangan sampah misalnya. Namun ketika kunjungan, kepala daerah tidak menemukan suatu masalah di situ, maka program perbaikan tidak akan dilakukan.

Kini kita generalisasi ke tingkat yang lebih luas, negara. Seperti yang kita ketahui jika ada kunjungan kenegaraan oleh presiden ataupun kunjungan anggota DPR, daerah tersebut akan mempersiapkan diri sedemikian rupa. Merapikan, memperindah, mempercantik, ahh apapun itu memoles diri dan menggunakan topeng. Dan apa yang presiden atau anggota DPR lihat seringkali bukanlah apa yang terjadi sebenarnya. Mereka tidak akan merasa ketidaknyamanan seperti yang kita rasakan. Karena ulah kita sendiri. Atau mungkin karena ulah kita yang tidak ingin dilabeli gagal.

Apa guna kita berteriak akan pemberantasan korupsi, namun jika ada pemeriksaan semua sudah tertutup rapi?

Mungkin saja bukan kita yang salah. Tetapi birokrat kolot yang masih berazas "Asal Bapak Senang".

1 komentar:

  1. Super sekali kawan..
    Seharusnya tak perlu "membersihkan" atau merapikan apapun!
    Biar mata para pejabat tau kondisi riil rakyatnya..
    Buat rakyatnya, jangan mau jg dikomporin suruh bersih2 brad..
    Mata mereka harus kita buka lebar2.

    BalasHapus