Kamis, 25 Agustus 2011

Mencari Lailatul Qadar di Solo



Sebuah repost tulisan 2009.



Lailatul Qadar adalah salah satu keistimewaan dalam Bulan Ramadhan. Dalam Al-Quran digambarkan bahwa Lailatul Qadar adalah suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Selain itu Lailatul Qadar diperingati sebagai malam diturunkannya Al-Quran. Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Lailatul Qadar dapat ditemui di 10 malam terakhir pada Bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil.

Oleh karena keistimewaan dan keutamaan dari Lailatul Qadar tersebut, umat muslim berlomba-lomba beribadah pada malam-malam yang diindikasikan sebagai malam yang mulia itu. Bentuk ibadah yang dilakukan pun bermacam-macam, di antaranya adalah i'tikaf di masjid, berdzikir, melakukan sholat malam, seperti sholat tahajud sampai sholat tasbih, membaca Al-Quran, dll.

Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa Rasulullah pernah bersabda, jika ingin mencari Lailatul Qadar hendaknya ia mencarinya pada malam ke-27. Dan semalam, hari Rabu tanggal 16 September 2009 malam hingga Kamis dini hari menjelang sahur merupakan malam ke-27 pada Ramadhan 1430 H. Para muslimin berduyun-duyun ke masjid. Sholat, duduk, dzikir, diam. Mereka berharap mendapat berkah yang ada dalam Lailatul Qadar.

Apakah ibadah untuk mendapat berkah Lailatul Qadar hanya berpusat pada masjid? Bagaimana dengan ibadah-ibadah lain, seperti berjuang demi bangsa dan negara, misalnya? Allah Maha Pengasih, Allah Maha Adil, dalam bentuk apapun ibadah itu pasti mendapat berkah dari-Nya.

Lagi-lagi semalam, ketika semua perhatian tersedot untuk mendapatkan Lailatul Qadar dan (bagi, mayoritas laki-laki tentunya) big match Liga Champion antara Inter Milan versus Barcelona, para pahlawan dari kepolisian Republik Indonesia melakukan ibadah dengan caranya sendiri. Dimotori Densus 88 dan dibantu oleh brimob, Kepolisian Surakarta, dan Kepolisian dari Polda Jogjakarta melakukan penggrebekan dan penyergapan pada rumah teroris di Kampung Kepohsari, Mojosongo, Solo.

Penggrebekan tersebut dimulai pada pukul 23.00 dan berakhir pagi tadi pukul 05.00. Penyergapan kali ini sedikit terlambat diendus oleh media sehingga tidak sampai terjadi “reality show” seperti drama penggrebekan yang terjadi di Temanggung beberapa waktu yang lalu. Tampaknya pihak kepolisian telah belajar dari pengalaman. Bahwa media sedikit banyak juga dapat mewartakan langkah demi langkah yang dilakukan Polri dalam membekuk teroris yang dapat dikonsumsi oleh umum, tak terkecuali teroris itu sendiri.

Sebenarnya drama penyergapan kali ini tidak kalah menegangkannya dengan yang terjadi di Temanggung. Penyergapan kali ini juga disertai baku tembak dan juga ledakan. Malah lebih “seru” karena teroris yang dihadapi dan membalas tembakan tidak hanya berjumlah satu orang, seperti yang terjadu di Temanggung (Ibrohim), tetapi kali ini ada empat orang teroris yang berada di rumah tersebut. Selain empat orang tersebut, juga terdapat seorang wanita hamil, yang belakangan ditengarai sebagai istri dari salah satu teroris yang berada di rumah tersebut.

Hasilnya, empat orang teroris yang berada di rumah tersebut tewas dan seorang masih hidup. Empat orang yang tewas tersebut adalah (1) Bagus Budi Pranoto alias Urwah, pelaku pengeboman Kedubes Australia pada tahun 2003 yang telah bebas dari penjara dan kini “bermain”lagi, (2) Susilo, sang penyewa rumah, (3) Aryo Sudarso alias Aji, seorang yang dianggap sebagai murid langsung Dr. Azhari sebagai pembuat bom, (4) NOORDIN M. TOP, yang tidak perlu saya jabarkan lagi sepak terjangnya. Dan seorang yang masih hidup adalah Munawaroh, istri dari Susilo yang sedang hamil.

Dalam konferensi pers yang digelar sore tadi pada pukul 16.00, Kapolri Bambang Hendarso Danuri tak henti-hentinya melontarkan kalimat syukur akan keberhasilan anak buahnya. Kapolri juga mengaitkan keberhasilan ini dengan berkah yang terdapat pada Bulan Ramadhan. Ketika nama Noordin M. Top disebutkan sebagai salah satu teroris yang tewas, serentak seisi ruang konferensi pers di Mabes Polri bertepuk tangan. Terdapat raut wajah lega dan puas, baik dari pihak kepolisian maupun wartawan yang sedang meliput, yang umumnya telah mengikuti perkembangan kasus ini sejak awal.

Sekali lagi, Alhamdulillah, walaupun hal ini bukan merupakan akhir dari pengungkapan kasus terorisme di Indonesia, namun dengan tewasnya Noordin M. Top, yang merupakan simbol teroris di Indonesia, dapat memberi kepercayaan diri bagi Polri bahwa mereka bisa memberantas aksi terorisme di Indonesia! Amin.

Apakah semalam adalah malam Lailatul Qadar? Yang jelas, semalam adalah malam yang penuh berkah (setidaknya) bagi masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar