Rabu, 17 April 2013

Hari Ini Pasti Menang: Bukan Lagi Mimpi

"Film Indonesia masuk Piala Dunia."

Itu adalah jawaban singkat yang selalu saya sampaikan kepada siapapun yang bertanya tentang film "Hari Ini Pasti Menang". Lebih dari setahun lalu sejak ide ini dilontarkan oleh Andibachtiar Yusuf, dengan "hadist"-nya yang saya pegang teguh, "Jika Hollywood mampu membuat Amerika Serikat menang di Vietnam atau sanggup menumpas alien yang menyerbu bumi lewat film, maka lewat medium seni modern inilah saya meloloskan Indonesia ke Piala Dunia," saya masih menjaga mimpi itu. Menikmati dunia Gabriel Omar, dunia persepakbolaan Indonesia yang ideal.

Semua media perkenalan Gabriel Omar pun saya lahap. mulai dari akun twitter @gab_omar, blog, komik, teaser, behind the scene, dan tentu saja novel "Menerjang Batas" karya Estu Ernesto. Hingga tiba saatnya yang saya tunggu-tunggu, 11 April 2013, pemutaran perdana "Hari Ini Pasti Menang"! Yeay!!!

Mimpi saya makin membuncah ketika opening title bercerita mengenai hebatnya prestasi sepakbola Indonesia. Diiringi dengan aransemen menawan dari Ananda Sukarlan, lagu "Indonesiaku" mempertebal asa di lembar-lembar itu. Indonesia Raya kemudian menemui maknanya. Indonesia sebagai bangsa yang besar bukan sekadar koar-koar.

Kemudian kita dibawa ke tengah lapangan bola yang panas. Panas di dalam lapangan, pun panas di tribun penonton. Tak ayal karena ini adalah pertandingan penuh gensi antara Jakarta Metropolitan melawan Maung Lodaya Bandung. Scene di lapangan inilah salah satu yang saya nantikan, di mana di behind the scene-nya Ucup (panggilan Andibachtiar Yusuf) berusaha untuk menciptakan alur bola yang cantik dengan pemain-pemain nasional yang mumpuni, semacam Atep, Hasim Kipuw, Ramdhani Lestaluhu. Pertandingan terasa hidup, dan penonton pun disuguhi kehidupan dari suatu pertandingan itu sendiri.

Gabriel Omar (Zendhy Zain) diperkenalkan langsung sebagai seorang superstar yang labil emosinya. GO8 (panggilan populer Gabriel Omar), adalah top scorer Piala Dunia 2014, dan berkat telah canggihnya sistem monitor pemain di Indonesia, GO8 terukur memiliki akurasi tendangan 89,7%. Laiknya seorang goal getter, GO8 mendapat marking man to man dari bek lawan. Kemanapun GO8 bergerak selalu dikawal ketat, bahkan tak jarang dengan cara-cara kotor. Tak akan dilepasnya hidup-hidup. Hingga mencapai titik didih kesabaran seorang GO8, dan kita akan memahami mengapa Zidane menanduk Materazzi.

Mimpi saya masih terjaga. Namun hanya sampai scene berikutnya.

Ketika seorang suporter nekad masuk dan berlari ke dalam lapangan, sambil berteriak-teriak, "PSSI Anjing!!! PSSI Bangsat!!! PSSI Korup!!!" Maka hancurlah mimpi saya...

Sialan! Mungkin saya telat menyadari. Ternyata film ini bukan sekedar film mimpi picisan kisah sukses persepakbolaan Indonesia. Seharusnya saya tahu sejak awal, Ucup tak akan serta merta hanya membuat film "Amerika menumpas alien".

Sebelumnya saya menampik indikasi-indikasi HIPM bercerita mengenai bandar judi. Dari artikel-artikel promo yang beredar, dari review-review setelah Gala Premiere yang mengarah ke match-fixing, saya masih sedikit berharap tentang dunia ideal sepakbola Indonesia.

Ya, HIPM membuka mata kita akan adanya praktik pengaturan pertandingan demi sebuah kepentingan judi di dunia sepakbola. Riset mendalam hingga bertemu dengan bandar judinya langsung yang dilakukan oleh penulis naskah Swastika Nohara diterjemahkan dengan gamblang oleh Ucup. Bagaimana sarang seorang mafia judi yang serba mewah, lengkap dengan customer service-nya. Gambaran seorang cukong lapangan yang mengatur jalannya pertandingan layaknya seorang dalang. Dan tentu saja, yang juga tak dapat dipungkiri, bahwa pemain dan pelatih pun bisa juga terlibat dalam sistem itu.

Saya tidak tertarik untuk berpanjang lebar dengan judi dan pengaturan pertandingan, juga tentang alur cerita. Sudah banyak reviewer yang bercerita. Saya lebih tertarik dengan gimmick, sentilan, celetukan, dan setting yang dibangun di HIPM.

Yang pertama, suporter. Seperti yang tertulis di atas, terdapat suporter yang menerobos masuk ke lapangan dengan memaki-maki PSSI. Sebenarnya apa tujuan suporter nekad itu? Apa motivasinya? Saya pribadi berpendapat, aksi heroik suporter seperti itu adalah sebagai ekspresi kekecewaan, untuk menarik perhatian luas, dan untuk menyampaikan pesan. Maka saya sangat yakin, scene itulah perpanjangan lidah Ucup untuk mengekspresikan kekecewaan, untuk menarik perhatian luas, dan menyampaikan pesan. Pesan kebenaran.

Aksi suporter lainnya yang berkesan ada pada pertandingan pertama, antara Jak Metro versus Maung Lodaya, suporter Jak Metro terdiri dari suporter yang berbaju orange dan hijau. Mungkin ada maksud tersembunyi disini. Jika dalam Romeo Juliet (2009), Ucup "memperjuangkan" perdamaian antara The Jak dengan Viking/Bobotoh. Dan ketika "tugas" itu selesai, maka di HIPM, Ucup mencoba untuk mendamaikan The Jak dengan Bonek. Aamiin.

Yang kedua adalah setting yang dibangun di HIPM. Ketika saya berharap dunia persepakbolaan Indonesia yang ideal, Ucup sedikit mengabulkannya dengan menyejajarkan sepakbola Indonesia dengan tim-tim hebat di Asia, bahkan dunia. Kalimat sombong Dimas Bramantyo (Ray Sahetapy), pelatih Jak Metro pada board meeting menyiratkannya. Jak Metro telah 3 (tiga) kali juara Liga Champion Asia, Coach Dimas merasa levelnya lebih dari sekadar level Asia.

Masih dari setting yang dibangun, HIPM dengan cerdik memotret Jakarta yang lebih nyaman. Mayoritas lokasi dipusatkan di apartemen mewah, kolam renang apartemen, hingga cafe dan restoran mewah. GO8 pun dengan gaya menunggangi motor boat menuju ke hunian mewah Coach Dimas untuk bertransaksi dengan pecahan rupiah tertinggi, yaitu 200 ribu rupiah yang bergambar Gus Dur!

Yang ketiga mengenai sentilan-sentilan yang banyak diucapkan oleh para aktor dan aktris HIPM. Andien (Tika Putri), menangis tersedu-sedu sambil mengutuk polisi. Tidak perlu teriakan lantang, tetapi tangis Andien cukup membuat kita yakin bahwa korps baju coklat itu pun juga tai (seperti yang diucapkan Andien). Ada juga pas pertandingan derby Jak Metro lawan Jayakarta FC, ketika tim Jak Metro harus diangkut dalam mobil anti huru hara karena harus menembus kerumunan suporter Jayakarta FC yang siap menyerangnya. Coach Dimas berujar, "Suporter Indonesia ini, tetap saja primitif!"

Salah satu sentilan favorit saya keluar dari mulut Roy (Ario Prabowo), yang berperan sebagai bookie yang bertugas di lapangan. Dia mengingatkan kita untuk tidak berjudi, karena tidak ada manfaatnya, bahkan cenderung merugikan. Menurut saya ini sangat penting. Ketika film HIPM menyasar kalangan suporter, besar kemungkinan pula ditonton oleh para remaja. Di sini Ucup harus memberi peringatan kepada penonton, seperti tulisan peringatan pada bungkus rokok.

-------

Aktor dan aktris di HIPM secara keseluruhan bermain baik. Ibnu Jamil yang memerankan Bambang Pamungkas dapat meniru dengan baik gestur dari sang legenda hidup. Yang paling mencolok adalah ketika menghadiri konferensi pers, Bepe banget! Mathias Muchus sebagai bapak GO8 terlihat passion-nya pada sepakbola. Namun yang paling outstanding menurut saya adalah akting dari Verdi Solaiman!

-------

Mimpi saya untuk menyaksikan Indonesia masuk ke Piala Dunia pun hanya sebatas mimpi. Karena HIPM merupakan cerminan kondisi persepakbolaan Indonesia kini. Carut marut PSSI, walaupun pada akhirnya Ucup sendiri memberi solusi: Andibachtiar Yusuf sebagai Ketua PSSI. Dan pengaturan skor, tentu saja. Jika level pengaturan skor atau mafianya tidak sebesar di HIPM, maka turunkan juga level persepakbolaan kita dari level HIPM. Suka atau tidak, itulah kenyataan. Bukan lagi mimpi.

1 komentar:

  1. indonesia banget y,
    tinggal dilihat aja kedepannya men, mau sampe kapan lagi tergantung semangat dan keinginan masing-masing aja. tindakan hari ini berpengaruh banget hehe

    BalasHapus