Selasa, 19 Juli 2011

BBM sosial yang tidak disosialisasi

Jaman sekarang, siapa pemuda yang tidak memiliki motor pribadi? Saya yakin sebagian besar pemuda memiliki motor pribadi. Mungkin bisa jadi hadiah ulang tahun ke-17. Namun yang lebih marak adalah sebagai hadiah naik kelas. Masuk SMA bisa tidak bisa harus dibelikan motor, malu sama temennya yang udah bawa motor sendiri sejak SMP. Masuk kuliah harus bawa motor, kan buat transportasi di kota perantauan. Atau mungkin bagi yang agak kaya dibelikan mobil atas nama gengsi. Mobil berpenumpang 4 orang tapi yang 3 mubadzir.

Ada joke di kalangan anak muda, “Melihat seseorang itu jangan dari penampilannya, tapi dari kepribadiannya. Motor pribadi, mobil pribadi, rumah pribadi, dll.” Hehehe. Yeah. Ternyata banyak juga pemuda yang menangkap serius guyonan itu. Setidaknya kendaraan pribadi menjadi kebutuhan penting, (bahkan wajib). Atau mungkin memeiliki motor pribadi adalah hak sebagai anak.

Lalu mari kita berkhayal bertanya mereka apa motivasi memiliki motor pribadi. Mungkin ada yang menjawab, “Aku kan udah SMA, ya sudah seharusnya dong dibeliin motor.” Ada juga, “Temen-temenku pada punya motor semua masa aku gak?” Lalu, “Kemarin papa kan sudah janji kalo aku masuk SMA 2 aku dibeliin mobil.” Atau yang paling standar, “Ya, sebagai alat transportasilah..”

Hmm.. Berarti potret pemuda sekarang ini seperti gerakan “1 siswa 1 sepeda motor”. Hehehe. Okelah, mereka tumbuh dan mobilisasi semakin tinggi, maka sangat butuh alat transportasi pribadi. Namun, sayangnya penggunaan transportasi ini juga keterlaluan. Kadang cuma ke warung yang jaraknya 20 m saja kita menggunakan sepeda motor. Ya kan?

Q: Heh, kamu ini sensi sekali kayak gak punya motor aja, kayak pas SMA gak minta motor aja!!!

A: Well, saya praktis gak punya motor pribadi sejak tahun ketiga kuliah. Motor saya, saya kasihkan saudara saya yang lebih butuh kendaraan. Ya, SMA saya juga pake motor untuk transportasi, tapi saya tidak minta, saya pake motor yang ada di rumah.
Bukan apa-apa, tapi yang saya sayangkan adalah konsumsi kendaraan bermotor yang sangat berlebihan. Setidaknya hampir setiap rumah di Indonesia memiliki satu sepeda motor (bahkan lebih). Menjamurnya motor seiring dengan maraknya perusahaan perkreditan. Belum mapan? Tenang, Anda bisa mengangsur selama 5 tahun!!! Alamaaak! Demi gengsi motor semata!

Konsumsi kendaraan bermotor yang berlebihan sejalan dengan konsumsi BBM (premium) yang semakin gila-gilaan. Yang kita konsumsi itu adalah BBM bersubsidi yang mana sebenarnya ditujukan untuk golongan masyarakat tidak mampu. Tapi pada prakteknya belum tepat sasaran. Karena penikmat BBM bersubsidi ini mayoritas masih masyarakat menengah ke atas.

Lalu ketika tersiar isu harga BBM akan naik kita beramai-ramai menghujat pemerintah. Berteriak-teriak pemerintah tidak adil hingga mencap pemerintah tidak pro-rakyat kecil.

Sebentar, apa sih BBM bersubsidi itu? Gampangnya, kita tuh beli bensin yang sudah didiskon pemerintah. Jadi bensin yang kita pakai ke mana-mana itu adalah bensin yang pembayarannya dibantu pemerintah melalui APBN. Sudah gini aja, bagi yang masih tanya uang pajak kita dibuat apa, kongretnya salah satunya dipakai buat motong harga bensin kita itu.

FYI, APBN untuk subsidi BBM di tahun 2011 adalah sebesar 95 triliun rupiah. Inipun bukan tanpa perhitungan dan sudah meningkat sekitar 5% dari jumlah APBN 2010. Namun parahnya, hingga semester pertama 2011 ini kita sudah menggunakannya hampir 60%. Jadi buat bantu kita beli bensin, hingga sekarang pemerintah sudah menghabiskan kurang lebih 57 triliun rupiah.

Nah, karena hingga pertengahan tahun kita sudah menghabiskan hampir 60%, jika tidak ada perubahan APBN kemungkinan subsidi akan habis sebelum akhir tahun. Kalau mau fair, jika subsidi habis maka mau tidak mau kita harus menerima resiko harga BBM (premium) akan naik. Cukup adil kan? Toh kita sendiri yang mengkonsumsi.

Hal-hal semacam inilah yang sering diabaikan masyarakat. Mereka tidak mau tahu dan hanya menuntut. Disayangkan juga pola hidup mereka yang mulai bergantung pada kendaraan bermotor. Bergantung pada kendaraan bermotor berarti bergantung pula pada BBM. Dan mereka hanya paham harga BBM 4500 adalah harga wajar, masa bodoh apa itu subsidi dan bagaimana fluktuasi harga minyak dunia.

Yahh..ini bukan analisis mendalam para ekonom. Juga bukan prediksi pintar para ahli. Ini cuma merupakan potret sederhana kondisi saat ini. Saya masih percaya hukum timbal balik. Kalau mau dipahami orang, maka kita harus memahami orang lain. Jika kita mau pemerintah memahami kesulitan kita, kita juga harus paham bagaimana sulitnya posisi pemerintah. Saling bekerjasama saja lah. Jika kita tidak mau subsidi BBM dicabut, maka kita juga harus dengan bijak menggunakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar