Jika ada istilah “learning by doing”, sepertinya saya kok “learning by thinking”.
Baru tadi pagi saya bisa melakukan skid. Padahal sebelumnya saya tidak bisa. Dua mingguan pake fixie tapi belum pernah bisa melakukan skid. Bahkan yang pertama kali melakukan skid dengan sepeda saya adalah adiknya Ersa yang masih kelas 4 SD. Berkali-kali saya mencoba gak pernah berhasil.
Tapi tadi pagi, saya coba lagi kok “tiba-tiba” bisa. Saya coba lagi pakai sepedanya Ersa yang crank-nya lebih besar (lebih berat genjotannya), eh, bisa juga. Saya sendiri juga terheran-heran. Darimana kemampuan itu. Ini tadi tanpa berlatih, saya lakukan pada percobaan pertama langsung bisa!
Sebelumnya saya juga pernah merasakan hal seperti ini. Saat itu saat masih belajar gitar. Jari saya masih kaku dalam memencet senar. Pada saat belajar kunci (berdiri) tentu saja harus membiasakan jari meregang untuk memencet senar. Berhari-hari tetap saja tidak berhasil. Yasudah.
Lalu pada suatu hari, entah kenapa kok saya (lagi-lagi) “tiba-tiba” bisa. Saya langsung bisa kunci (berdiri) itu pada kesempatan pertama saya memegang gitar pagi itu.
Saya tidak belajar dengan melakukannya. Saat proses belajar itu sering berakhir dengan kegagalan. Dan besoknya tiba-tiba bisa.
Sepertinya otak saya merekam bagaimana caranya melakukan apa yang sedang saya pelajari. Kemudian pada saat semua “data” sudah lengkap dan diolah saatnya mengeksekusi dengan cara menyampaikan pesan cara-cara yang telah dipelajari ke bagian tubuh yang melakukannya. Mungkin begitu polanya.
Terimakasih Tuhan atas cara belajar yang agak aneh ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar