Beberapa minggu terakhir ini saya menempuh beratus-ratus kilometer. Mungkin seribu lebih. Menyita waktu dan tentu saja menguras tenaga. Sangat. Untuk apa? Saya juga tidak begitu paham. Lah? Lalu kenapa saya melakukannya?
Tomblok selalu bilang, "kamu harus memilih" tapi keadaan memaksa saya kehilangan hak untuk memilih.
Saya sangat mencintai Indonesia. Benar-benar cinta, hingga saya selalu nelangsa dengan keadaan negara ini. Selalu. Nelangsa karena tidak bisa ikut serta dalam upaya perbaikannya. Kita bicara makro. Tentu saya melakukan hal-hal kecil yang merepresentasikan rasa cinta saya. Tapi di atas? Bisa apa kita? Mengeluh?
Saya sakit atas sesuatu yang bukan saya sebabkan. Dipaksa menerima. Seperti kutukan.
Nah kini saya berada di "Indonesia" tetapi di lingkup yg lebih kecil.
Setiap awal perjalanan saya hanya bisa berdoa, "Ya Allah dengan AsmaMu saya berangkat, dengan AsmaMu saya selamat, dengan AsmaMu perjalanan ini bermanfaat."